Suplemen Berbasis PFAD Tingkatkan Produksi Susu

Sabtu, 29 Mei 2021 09:38
(7 pemilihan)

Wawancara dengan Prof. Dr. Ir. Lienda A. Handojo, M.Eng; Dosen Program Studi Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung

Susu sapi di Indonesia memprihatinkan baik ditinjau secara kuantitas maupun kualitas. Peternak Indonesia hanya mampu memenuhi 23% kebutuhan susu masyarakat Indonesia, sisanya 77% kebutuhan susu harus impor. Menurut FAO 2019, produktivitas susu sapi perah di Indonesia itu rendah, hanya sekitar 1.716 liter/sapi/tahun, sedangkan produksi sapi Cina yang lebih dari 3 kali lipat yaitu sebesar 5.456 liter/sapi/tahun, dan sapi Inggris yang sebesar 8.035 liter/sapi/tahun. Susu yang dihasilkan sapi di Indonesia juga rendah dilihat dari nilai gizinya.

Kompleksitas masalah susu di Indonesia inilah yang mendorong Prof. Dr. Ir. Lienda A. Handojo, M.Eng bersama tim  melakukan penelitian mengenai manfaat PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) untuk menghasilkan lemak kalsium sebagai suplemen pakan ternak. Inovasi ini membantu peternak dalam menaikkan jumlah dan kualitas susu sapi perah yang diperoleh, sehingga penghasilan peternak dapat menjadi lebih tinggi. Penelitian ini telah menghasilkan tiga paten.

Apakah PFAD itu? Prof Lienda menjelaskan, PFAD merupakan asam lemak yang dihasilkan melalui proses destilasi saat dilakukan refining Crude Palm Oil (CPO) dalam rangka memperoleh Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Selain mengandung asam lemak essensial linoleat, PFAD juga mengandung antioksidan seperti vitamin E yang tinggi, squalene, fitosterol sehingga sering digunakan juga dalam industri farmasi, kosmetik atau industri lainnya.

Proses refining menghasilkan sekitar 4% PFAD. Sebagai negara penghasil sawit terbesar dunia, PFAD dihasilkan dalam jumlah berlimpah di Indonesia. Merujuk data GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), produksi PFAD berjumlah 1,2 juta ton pada 2015 meningkat menjadi 1,6 juta ton pada 2018, dan sebagian besar diekspor tanpa pengolahan lebih lanjut. Ekspor PFAD pada 2019 mencapai sekitar 1,7 juta ton.

PFAD tidak dapat diberikan langsung kepada sapi atau ternak ruminansia karena akan mengganggu pencernaan ternak. Oleh karena itu PFAD perlu direaksikan dengan kapur sebelum diberikan kepada ternak. Reaksi melibatkan banyak perubahan fasa sehingga dibutuhkan teknik-teknik tertentu untuk melangsungkannya. Teknik dan inovasi ini dituangkan dalam bentuk tiga buah paten. Penghargaan terkait karya inovasi ini telah peroleh Prof. Lienda, di antaranya dari BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan  Kelapa sawit) yang menjadi penyandang dana riset ini dan dari ITB.  

Menurut Lienda yang mendapat gelar doktor dari Universitas Hannover, Jerman, uji produk menunjukkan kualitas lemak kalsium yang dihasilkan setara atau sedikit lebih unggul dibanding dengan produk yang ada di pasaran luar negeri. Uji lapangan di beberapa peternakan sapi perah seperti di Lembang dan di KUD Karangploso Malang, menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Selain dapat meningkatkan produksi susu sampai belasan persen, juga dapat memperbaiki kualitas susu, yang ditunjukkan dengan harga jual yang meningkat setelah pemberian suplemen. Harga jual susu dipengaruhi oleh kadar lemak dan densitas susu.  Selain itu peternak juga melaporkan bahwa kesehatan dan fertilitas sapi juga meningkat.

Di Indonesia penggunaan lemak kalsium sebagai suplemen pakan ternak sapi perah belum banyak dikenal. Sementara itu berbagai negara Eropa yang notabene tidak mempunyai bahan baku PFAD, sudah sejak lama memproduksi dan memanfaatkan suplemen ini untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas susu sapi perah. Beragam merek produk suplemen lemak kalsium yang digunakan di Eropa, seperti Megalac (UK), Dairylac (UK), Agrofat (Denmark), Hajenol Lipicafent (Germany) dan Profat (Netherland).

 

Riset untuk Kemandirian Industri Susu Indonesia

Keprihatinan kondisi persusuan di Indonesia inilah yang mendorong Lienda yang mendapat gelar Master bidang teknologi pangan di Asian Institute of Technology, Bangkok, melakukan penelitian ini. Sampai saat ini, kualitas susu terutama di tingkat peternak rakyat sering kurang baik sehingga tidak dapat dijual dengan harga yang seharusnya. Belum lagi produktivitas susu sapi perah di Indonesia yang rendah. Untuk itu konsumsi untuk susu sapi perah harus ditingkatkan.

Pemberian suplemen lemak kalsium ini penting dan dibutuhkan oleh sapi perah mengingat susu sapi mengandung lemak dan kalsium yang tinggi. Pemerahan yang terus menerus tanpa asupan yang sesuai selain menyebabkan produktivitas dan kualitas susu yang rendah, juga sering menyebabkan pengeroposan tulang pada sapi akibat banyaknya lemak dan kalsium yang terkuras melalui produksi susu. Sering pula terjadi kelumpuhan pada sapi setelah melahirkan beberapa kali. Suplemen lemak kalsium dapat bertindak sebagai sumber lemak dan kalsium sehingga mencegah hal-hal di atas. Tidak hanya berkhasiat bagi sapi, lemak kalsium ini juga telah diuji coba pada ayam petelur dan  pedaging, lemak kalsium juga menaikkan jumlah daging dada serta menurunkan jumlah lemak.

Peningkatan produktivitas perlu dilakukan mengingat pasokan susu segar lokal, dengan populasi sapi perah nasional sekitar 550 ribu ekor, hanya mampu memenuhi sekitar 23% dari kebutuhan domestic (BPS, 2017). Sementara Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemenperin, menargetkan agar 60% dari kebutuhan susu dalam negeri dapat dipasok oleh produksi lokal pada tahun 2025. Untuk menjawab permasalahan inilah, Prof. Lienda dan tim penelitinya menggali potensi PFAD sebagai bahan baku suplemen. (Muhammad Ridlo Eisy)***

 

 

 

Baca 1370 kali Terakhir diubah pada Sabtu, 29 Mei 2021 09:53
Bagikan: