Serangan Covid-19 di Eropa

Distribution of laboratory-confirmed cases of COVID-19 in the EU/EEA and the UK, as of 7 November Distribution of laboratory-confirmed cases of COVID-19 in the EU/EEA and the UK, as of 7 November European Centre for Disease Prevention and Control
Sabtu, 07 November 2020 19:13
(8 pemilihan)

Covid-19 menyerang Eropa lagi. Dalam sebulan lebih sedikit, kasus baru di Perancis naik lebih dari sejuta orang. Menurut  worldometers.info, pada tanggal 1 Oktober 2020, jumlah kasus Covid-19 di Perancis adalah 563.535 orang, sedangkan hari ini (7 November 2020) jumlah kasus menjadi 1.661.853 orang, jadi ada penambahan kasus sebanyak 1.098.318 orang. (Data Covid-19 bisa dilihat di link ini: https://inharmonia.co/index.php/berita/berita/update-posisi-indonesia-dalam-pandemi-covid-19-seluruh-dunia ).

Tentu saja serangan Covid-19 di Eropa bukan hanya terjadi di Perancis, tetapi ke negara-negara lain, seperti Rusia, Inggris, Spanyol, Italia dan lain-lain. Dalam jangka waktu yang sama, 1 Oktober – 7 November 2020, kasus Covid-19 di Rusia bertambah 557.154 orang, di Inggris bertambah 693.224 orang, di Spanyol bertambah 619.624 orang, dan di Italia bertambah 547.820 orang.

Apakah gelombang serangan Covid-19 hanya melanda Eropa atau berkembang ke seluruh dunia? Di Amerika Serikat ada penambahan kasus Covid-19 sebanyak 2,6 juta orang lebih, sedangkan di Brazilia bertambah 818.919 orang. Bagaimana dengan Asia? Kasus di India bertambah 2,15 juta, di Indonesia bertambah 142.566 orang, di Filipina bertambah 80.115 orang, di Arab Saudi bertambah 15.217 orang, sedangkan di China negara asal Covid-19 ini menyebar kasus barunya hanya bertambah 748 orang.

Harus waspada

Melihat angka kasus baru di atas, serangan gelombang kedua sudah masuk ke India. Pada tanggal 1 Oktober 2020, kasus Covid-19 di India berjumlah 6,31 juta orang, sedang pada tanggal 7 November 2020 menjadi 8,46 juta, jadi kasus bertambah 2,15 juta. Sekitar dua kali lebih banyak dari pada kasus yang menyerang Perancis. Dengan demikian, setiap negara harus waspada menghadapi serangan Covid-19 gelombang kedua.

Namun India hebat, dalam jangka waktu yang sama, walaupun tercatat tambahan korban yang meninggal adalah 26.897 orang, namun ada 2,55 juta orang sembuh dari Covid-19. Dengan demikian kasus aktif Covid-19 di India turun 424.818 orang. Sekarang kasus aktif di India tinggal 516.734 orang.

Hal serupa terjadi juga di Indonesia, dengan skala yang jauh lebih kecil dari pada India. Pada jangka waktu yang sama, tambahan kasus aktif di Indonesia sebanyak 142.566 orang, namun pasien yang sembuh 145.758 orang, dan yang meninggal 3.702 orang, sehingga kasus aktif tanggal 6 November 2020 menjadi 54.427 orang atau berkurang sebanyak 6.894 orang. Dilihat dari angka yang dipublikasikan di worldometers.info , penganganan Covid-19 di Saudi Arabia lebih baik daripada di Indonesia. Kasus Covid-19 di Saudi Arabia (tgl 07 November 2020) berjumlah 349.822 orang, yang sembuh 336.533 orang, dan yang meninggal 5.506 orang, sehingga kasus aktif tinggal 7.783 orang, atau berkurang sebanyak 2.900 orang.

Berbeda dengan yang terjadi di India, Indonesia dan Saudi Arabia, yang jumlah kasus aktifnya menurun, di Perancis jumlah kasus aktifnya bertambah lebih dari sejuta orang, pada tanggal 1 Oktober 2020 berjumlah 434.782 orang, pada tanggal 7 November 2020 menjadi 1.495.659 orang. Sedangkan kasus aktif di Amerika Serikat bertambah 878.202 orang.

Indonesia: Baik atau Buruk

Yang sering menjadi pertanyaan adalah, bagaimanakah penanganan Covid-19 di Indonesia? Jika anda bertanya kepada kaum oposisi, jawabnya hampir pasti, penanganan Covid-19 di Indonesia buruk sekali. Namun kalau bertanya kepada pemerintah, jawabnya hampir pasti, tidak buruk. Lihat angka-angka serangan Covid-19 di seluruh dunia. Pada saat kasus aktif di Perancis bertambah lebih dari sejuta orang, di Indonesia justru berkurang 6.894 orang.

Memang, penanganan di Indonesia tidak bisa dikatakan buruk, tetapi tidak sebaik Saudi Arabia atau Pakistan. Apalagi bila dibandingkan dengan China. Sebulan ini tidak ada seorang pun yang meninggal di China karena Covid-19. Seorang teman dari Equador bertanya kepada saya, apakah saya percaya pada angka-angka tentang Covid-19 di China. Saya tidak bisa menjawab percaya atau tidak. Saya hanya menjawab, bahwa angka yang tersedia di China hanya seperti itu.

Salah satu kekurangan Indonesia dalam menangani Covid-19 adalah sedikitnya test yang dilakukan. Kemarin, jumlah test yang dilakukan Indonesia sebanyak 4.678.096 kali, atau 17.040 test per sejuta penduduk Indonesia. Dengan jumlah ini, menurut worldometers.info , posisi Indonesia berada pada peringkat 159 dari 218 negara dan lainnya di seluruh dunia. Peringkat Indonesia di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dilihat dari jumlah test per sejuta penduduk.

Jika dilihat dari perkembangan kasus aktif di Indonesia, terlihat sejak tanggal 11 Oktober 2020, terjadi penurunan jumlahnya, dari 66.578 orang turun menjadi 54.427 orang (tg 7 November 2020), atau berkurang sebanyak 12.151 orang. Setelah diperiksa ternyata jumlah test yang dilakukan di Indonesia menurun, menjadi berkisar 30.000 kali tiap harinya, sebelumnya berkisar 40.000 kali tiap harinya. Perlu dicatat,  positivity rate Indonesia sekitar 10%, artinya kalau yang dilakukan 30.000 test, kira-kira yang positif Covid-19 adalah 3.000 orang; kalau yang dilakukan 40.000 test yang positef Covid-19 adalah 4.000 orang.

Salah satu cara untuk mempercepat penanganan Covid-19 adalah dengan menambah jumlah test dan bersamaan dengan itu positivity rate nya diusahakan turun. Jika positivity rate nya masih tinggi, semakin banyak yang ditest semakin banyak yang positif Covid-19, dan hal itu akan memperberat beban rumah sakit dan tenaga kesehatan. Untuk itu gerakan 3-M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) harus dibudayakan secepatnya. Dalam hal ini Gerakan Pramuka bisa membantu mempercepat  pembudayaan 3-M ini, karena Pramuka sudah terbiasa dididik disiplin dan jumlah anggotanya mencapai 17 juta se Indonesia.

Jika gerakan 3-M sudah membudaya, positivity rate menurun, jumlah yang sakit menurun, jumlah yang sembuh bertambah, dan pada ujungnya jumlah korban yang meninggal semakin sedikit. Bersamaan dengan itu, vaksin dalam waktu dekat tersedia, sehingga pandemic Covid-19 di Indonesia semakin cepat teratasi.***

(Muhammad Ridlo Eisy, Pemimpin Redaksi inharmonia.co)

Baca 633 kali Terakhir diubah pada Jumat, 13 November 2020 13:24
Bagikan: