Krisis Minyak Goreng Pilihan

Selasa, 15 Maret 2022 16:19
(13 pemilihan)

Pemerintah berpihak kepada konsumen minyak goreng (migor), dengan memaksa produsen CPO (crude palm oil) untuk melaksanakan DMO (Domestic Market Obligation) sebanyak 30%. Sikap ini wajar, karena mayoritas rakyat Indonesia adalah konsumen migor.

Jika tidak ada DMO, maka semua CPO akan diekspor karena harganya sedang naik. Konsumen dalam negeri akan dilayani jika mau membeli sesuai harga pasar dunia.

Berapa harga migor di luar negeri? Saya dapat info keponakan di Australia, migor merk murah Rp30.000/liter. Seorang teman di Belanda mengatakan, harga migor sekitar Rp34.000/liter. Satu liter migor sama dengan 0,9 kg.

Berapa harga migor di negara tetangga? Di Malaysia sekitar Rp22.964/kg, di Filipina Rp28.972/liter, di Thailand Rp32.560/liter, di Singapura Rp47.966/liter. Jadi HET (harga eceran tertinggi) migor di Indonesia paling murah.

Mengapa harga bisa murah di Indonesia? Karena dipaksa pemerintah dengan kebijakan DMO dan DPO (Domestic Price Obligation). Kementerian perdagangan juga akan menerapkan kebijakan DPO, yang ditetapkan sebesar Rp9.300 per kilo gram untuk CPO dan Rp 10.300 per kilo gram untuk olein. Kedua harga tersebut sudah termasuk PPN.

Krisis migor masih lama

Konsumen dibela pemerintah, bagaimana dengan nasib produsennya? Produsen CPO dipaksa mengalah. Semula DMO hanya 20% pada bulan Januari 2022, kini dinaikkan menjadi  30%. Produsen tentu saja mengeluh, meminta pemerintah untuk tidak menaikkan DMO.

Dengan DMO 30%, produsen hanya boleh eksport 70% padahal harga sedang bagus. Harga pasar CPO di dunia berkisar US$1.696/ton, atau Rp24.253/kg dengan kurs Rp14.300/US$.

Apakah DMO ini sudah efektif? Kalau masih ada ibu-ibu yang antre migor, artinya kebijakan pemerintah, dalam hal ini Menteri Perdagangan, masih belum efektif. Mungkin masih perlu waktu, karena ada beberapa pabrik migor terpaksa tutup, karena tidak mendapat pasokan CPO. Hanya perusahaan besar, yang mengekspor dan melayani pasar dalam negeri yang mampu melaksanakan DMO. Pabrik-pabrik migor yang hanya melayani pasar dalam negeri dan tidak punya kebun sendiri, akan mengalami kesulitan memperoleh CPO.

Keadaan semakin repot, karena invasi Rusia ke Ukraina, yang mengakibatkan minyak goreng dari bunga matahari terhambat. Ukraina dan Rusia adalah produsen minyak bunga matahari terbesar dunia, nomor satu dan nomor dua di dunia. Ukraina juga produsen kedelai nomor 8 di dunia.

Produsen Sawit di Indonesia

Siapa saja produsen CPO di Indonesia? Berapa banyak orangnya? Mengapa mereka diminta mengalah kepada para konsumen migor?

Website cnbcindonesia.com menyiarkan, ada 4 konglomerat yang makin kaya dari migor. Mereka adalah Eka Tjipta Widjaja (Sinar Mas Grup), Anthoni Salim (Grup Salim), Bachtiar Karim (Grup Musim Mas), dan Martua Sitorus (Grup Wilmar). Mereka diminta mengalah untuk mengurangi keuntungannya untuk para konsumen di Indonesia.

Selain konglomerat itu, 4 tahun yang lalu, menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, ada 16 juta pekerja yang menggantungkan hidupnya dari industri sawit. Jika setiap pekerja sudah berkeluarga, dan satu keluarga ada 4 orang, maka ada 64 juta orang Indonesia yang hidup dari industri sawit. Sekarang jumlah itu mungkin bertambah, tetapi masih jauh lebih sedikit dari pada jumlah konsumennya.

Dari Statistik Indonesia 2022, diperoleh laporan, pada akhir tahun 2021, perkebunan besar sawit di Indonesia mencapai 8.754.900 hektar (58,48%), sedangkan perkebunan rakyat sawit mencapai 6.088.700 hektar (41,52%). Produksi Perkebunan besar sawit 30.504.700 ton (65,99%), sedangkan perkebunan rakyat sawit 15.718.600 ton (34,01%).

Nilai ekspor CPO pada tahun 2021 mencapi $35 miliar. Untuk tahun 2022, permintaan CPO makin banyak, dan harganya akan naik pula.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kemakmuran industri sawit itu menetes sampai ke bawah, sampai ke buruh perkebunannya, dan ke petani-petani kecilnya? Apakah harga tandan buah segar (TBS) turun juga?  Rudi Hartono Bangun, Anggota Komisi VI DPR RI, mengatakan, petani sawit merasa dikorbankan dengan diturunkannya harga tandan buah segar (TBS). Padahal, kata dia, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar internasional sedang tinggi.

Berita terbaru dari Jambi, harga TBS sudah naik lagi. Infosawit.com mengabarkan, bahwa merujuk hasil dari tim penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit Provinsi Jambi, harga TBS Kelapa Sawit Provinsi Jambi periode 11-17 Maret 2022, telah menyepakati harga sawit umur 10 - 20 tahun naik Rp 161,69/Kg menjadi Rp 4,071,66/Kg.

(Muhammad Ridlo Eisy, Pemimpin Redaksi inharmonia.co).***

Baca 635 kali
Bagikan: