Brasil Tangguhkan 12 Juta Dosis Vaksin Sinovac

Minggu, 05 September 2021 09:44

Langkah tersebut menyusul temuan bahwa semua vaksin tersebut diproduksi di pabrik yang tidak resmi. 

Anvisa mengaku telah diperingatkan oleh Institut Butantan di Sao Paulo pada Jumat (3/9/2021), bahwa sebanyak 25 batch atau 12,1 juta dosis vaksin yang dikirim ke Brasil telah dibuat di pabrik yang tidak sah tersebut. 

Institut Butantan adalah pusat biomedis yang bermitra dengan Sinovac untuk mengisi dan merampungkan vaksin secara lokal di Brasil. 

“Unit manufaktur itu belum diperiksa dan tidak masuk dalam fasilitas produksi yang disetujui oleh Anvisa dalam otorisasi penggunaan darurat vaksin (buatan Sinovac) yang disebutkan,” ungkap Anvisa dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters, Minggu (5/9/2021). 

Menurut Anvisa, penangguhan itu sebagai bagian dari tindakan pencegahan untuk menghindari penduduk penerima vaksin dari kemungkinan risiko terpapar kontaminan. 

Butantan juga mengatakan kepada Anvisa bahwa 17 batch vaksin corona lainnya, dengan total 9 juta dosis, telah diproduksi di pabrik yang sama. Saat ini, vaksin-vaksin tersebut sedang dalam perjalanan ke Brasil.

 

Diterbitkan di Berita

KBRN, Jakarta: Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali mengatakan, pemerintah Arab Saudi masih melakukan kajian terkait penggunaan dua vaksin virus corona (Covid-19) produksi China, Sinovac dan Sinopharm bagi para jemaah umrah.

Informasi tersebut ia dapatkan usai menggelar pertemuan dengan Deputi Urusan Umrah Kementerian Haji dan Umrah Kerajaan Arab Saudi Dr. Abdulaziz Wazzan di Kantor Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi pada 11 Agustus 2021.

"Untuk vaksin Sinovac dan Sinopharm yang digunakan sejumlah negara, Kementerian Kesehatan Arab Saudi masih melakukan kajian. Dalam waktu dekat, akan dirilis hasilnya secara resmi," terang Endang dalam keterangan resminya, Kamis (12/8/2021).

Endang mengatakan, bahwa Kementerian Haji dan Umrah Saudi masih terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan Arab Saudi terkait hasil kajian tersebut.

Kajian itu nantinya akan menghasilkan keputusan, apakah calon jemaah umrah dari negara lain, termasuk Indonesia yang sudah memperoleh 2 dosis vaksin tersebut sudah bisa masuk ke Saudi untuk umrah atau tidak.

"Atau masih perlu diberikan 1 dosis lagi [booster] dari 4 vaksin yang digunakan Saudi, atau bagaimana," kata Endang.

Endang menegaskan bahwa Pemerintah Arab Saudi lebih memprioritaskan keselamatan dan kesehatan jemaah umrah di masa pandemi. Bukan sekadar untuk kepentingan ekonomi dan bisnis semata.

"Sementara Sinovac dan Sinopharm saat ini sudah diakui WHO. Kemenag terus berkoordinasi dengan Kemenkes RI dan Kemenlu RI untuk membahas bersama masalah penggunaan vaksin ini," sambungnya.

Diketahui, masih ada 30 negara yang masih ditangguhkan masuk ke Kerajaan Arab Saudi. Mereka di antaranya yakni India, Pakistan, Indonesia, Mesir, Turki, Argentina, Brasil, Afrika Selatan, dan Lebanon, Vietnam, Korut, Korsel, dan Afganistan.

Diterbitkan di Berita
Tim detikcom - detikNews Jakarta - Indonesia kembali menerima kedatangan vaksin COVID-19. Ada 21,2 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac yang tiba pada siang hari ini.

Kedatangan vaksin COVID-19 tahap 30 ini disiarkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (27/7/2021). Vaksin Sinovac itu tiba di Bandara Soekarno-Hatta.

"Pada siang hari ini kita menyaksikan kedatangan vaksin COVID-19 yaitu vaksin Sinovac sebanyak 21,2 juta dosis dalam bentuk bahan baku," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

"Kami menyampaikan pemerintah selalu memastikan keamanan kualitas atau mutu dan khasiat atau efikasi untuk seluruh jenis vaksin yang diperoleh vaksin yang disediakan di Indonesia melalui proses evaluasi Badan POM dan rekomendasi dari ITAGI, WHO, dan para ahli," ujar Airlangga.

Dia meminta masyarakat tidak perlu khawatir untuk menerima vaksin. Vaksinasi, kata Airlangga, merupakan salah satu upaya keluar dari krisis pandemi COVID-19.

"Bapak Presiden Joko Widodo menekankan bahawa vaksinasi COVID-19 adalah game changer yaitu langkah krusial untuk menentukan kesuksesan kita untuk keluar dari pandemi ini," ujar Airlangga.

Selain itu, Airlangga mengungkapkan, target kelompok yang harus divaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok di Indonesia meningkat. Jumlah itu ditambah dengan kelompok anak-anak.

"Untuk mencapai kekebalan kelompok dibutuhkan sekitar 208 juta penduduk Indonesia yang perlu divaksin jumlah ini meningkat setelah ditambahkan kelompok anak berusia 12-17 tahun dan saat sekarang 718 ribu anak telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama semakin cepat tentunya akan semakin cepat baik," ujar Airlangga.

(knv/knv)

Diterbitkan di Berita

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kembali kedatangan 14 juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac dari China pada Rabu (30/6/2021). Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, jutaan dosis vaksin covid-19 tersebut masih berupa bahan baku.

"Total bahan baku vaksin dari Sinovac yang sudah datang di kita adalah 105 juta dosis vaksin," kata Budi dalam siaran langsung yang ditayangkan Kanal Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (30/6/2021).

Berhubung vaksin yang tiba masih dalam bentuk bahan baku, Budi menyebut perlu waktu kurang lebih satu bulan untuk membuat vaksin itu bisa digunakan. Vaksin itu akan diolah oleh Biofarma.

"Dari 105 juta ini, nantinya akan jadi 85 juta vaksin jadi yang bisa kita pakai dan itu akan siap satu bulan setelah sekarang. Jadi mungkin di awal Agustus akan ada 85 juta vaksin Sinovac yang sudah siap bisa kita gunakan," papar Budi.

Donasi Vaksin Bertambah

Budi memastikan ke depannya vaksin Covid-19 yang akan masuk ke Tanah Air bakal semakin banyak. Menurutnya Covax Gavi juga memberikan donasi vaksin ke pemerintah Indonesia.

"Kita juga bulan ini akan masuk dari AstraZeneca. Bulan Agustus nanti akan masuk dari Pfizer sehingga jumlah vaksin yang masuk di semester kedua tahun ini akan menjadi semakin banyak," ucapnya.

Dengan begitu, lanjut Budi, pihaknya bakal semakin mempercepat proses vaksinasi Covid-19 terhadap masyarakat Indonesia.

"Agar InsyaAllah di akhir tahun, 181,5 juta rakyat Indonesia sudah divaksin, at least satu kali," pungkasnya.

Diterbitkan di Berita
Konten ini diproduksi oleh kumparan
 
Tenaga kesehatan (nakes) merupakan kelompok penerima vaksinasi Sinovac paling awal sejak awal 2021, karena pekerjaan dengan risiko penularan corona tinggi. 
Meski hampir seluruh nakes sudah mendapat vaksinasi lengkap, ternyata dalam hitungan bulan ada saja ditemukan kasus nakes yang terinfeksi corona.
 
Di Kudus misalnya, jumlah nakes yang terpapar bahkan mencapai ratusan orang, tepatnya 358 orang. Juga di Cilacap, 49 nakes juga terpapar meski sudah divaksin 2 dosis.
Para nakes divaksin lengkap sekitar Februari 2021. Lantas, apakah masa kekebalan vaksin Sinovac sudah habis di bulan Juni? Atau berarti kurang dari 6 bulan.
 
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, vaksin memang tak bisa menjamin 100 persen aman dari potensi penularan.
 "Enggak (bukan karena masa kekebalan vaksin Sinovac), karena prokes dan risiko tertular kan tetap ada karena vaksin tidak yang 100% (memberi) perlindungan penularan," jelas Nadia saat dimintai penjelasan oleh kumparan, Rabu (9/6).
 
Ratusan Nakes Corona Meski Sudah Divaksin, Kekebalan Sinovac Kurang 6 Bulan? (1)
Sejumlah tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri (APD) berjalan menuju ruang perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
 
Menurutnya, walaupun masih terdapat kemungkinan tertular COVID-19, para nakes yang telah divaksinasi masih mendapat perlindungan dari potensi infeksi dengan gejala berat hingga kematian.
"Tapi untuk gejala berat dan kematian itu perlindungannya lebih dari 95%," tambahnya. 
 
Untuk itu, Nadia mengimbau agar para nakes tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) pada saat sedang bertugas maupun usai bekerja dan kembali ke rumah.
Pasalnya, risiko penularan corona bisa saja terjadi saat nakes tidak bekerja atau dari lingkungan tempat tinggalnya.
 
"Kan yang baru 100 persen (menjalankan protokol kesehatan) hanya di kalangan nakes (saat bekerja). Nakes kan enggak tinggal sendiri," tutup Nadia.
 
Ratusan Nakes Corona Meski Sudah Divaksin, Kekebalan Sinovac Kurang 6 Bulan? (2)
Sejumlah tenaga kesehatan mendapatkan vaksinasi dosis pertama vaksin COVID-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
 
Vaksinasi memang menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan pandemi corona. Hal ini bertujuan untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity.
Kondisi ini perlu dicapai untuk melindungi komunitas dari penyakit menular, hingga orang yang tidak bisa divaksinasi ikut terlindungi.
 
Jubir Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito pernah menyatakan upaya mempercepat vaksinasi demi herd immunity harus dibarengi dengan kedisiplinan masyarakat mematuhi prokes.
 
"Disiplin prokes adalah cara utama untuk mengurangi peluang peningkatan penularan maupun mutasi virus. Kedua, mendukung program vaksinasi dan ikut serta vaksinasi dengan pertimbangan kondisi kesehatan dan memenuhi kriteria peserta vaksin, dukungan masyarakat akan mempercepat cakupan masyarakat yang tervaksinasi," ucapnya, Kamis (28/1).
 
Ratusan Nakes Corona Meski Sudah Divaksin, Kekebalan Sinovac Kurang 6 Bulan? (3)
Infografik jika terjadi reaksi usai vaksinasi corona. Foto: kumparan
Diterbitkan di Berita

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia pada Sabtu, 5 Juni 2021, pukul 18.00 WIB kedatangan 313.100 dosis vaksin AstraZeneca melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.

Kedatangan vaksin AstraZeneca dari COVAX tidak lepas dari kerja keras pemerintah yang sejak Oktober 2020 telah menjajaki kerjasama multilateral COVID-19 COVAX. Sebuah inisiatif global yang ditujukan untuk akses memeroleh vaksin COVID.

Melalui mekanisme Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI), COVAX Advance Market Commitment (COVAX AMC), Indonesia memeroleh jatah vaksin Corona sebesar tiga hingga 20 persen dari jumlah penduduk.

Di tengah gencarnya pemerintah meningkatkan akselerasi pelaksananaan vaksinasi COVID, menjaga ketersediaan vaksin menjadi hal yang sangat krusial.

Dengan kedatangan 313.100 vaksin AstraZeneca, jumlah vaksin COVID-19 di tanah air saat ini menjadi 92,2 juta dosis. Kombinasi antara vaksin jadi dan bahan baku (bulk), dengan rincian sebagai berikut:

- 3 juta dosis vaksin jadi Sinovac

- 6,7 juta dosis vaksin jadi AstraZeneca

- 1 juta dosis vaksin jadi Sinopharm

- 81,5 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk bulk.

Indonesia Punya 76,2 Juta Dosis Vaksin Jadi, Bisa untuk 37,6 Juta Jiwa

 

Bahan baku vaksin diolah di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat. Keseluruhan vaksin jadi yang sudah dimiliki berjumlah 76,2 juta dosis, yang cukup untuk 37,6 juta jiwa, seperti dikutip dari keterangan resmi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu, 6 Juni 2021.

Seiring dengan target vaksinasi rata-rata 1 juta per hari mulai Juni 2021, dalam upaya mencapai kekebalan kelompok  (herd immunity), berbagai upaya percepatan terus dilakukan, di antaranya:

- Memersingkat alur vaksinasi dari empat meja menjadi dua meja

- Mulai memvaksinasi populasi berusia 50 tahun ke atas di DKI Jakarta dan Bali

- Mulai pilot program vaksin tahap III.

Jumlah Penduduk di Indonesia yang Sudah Menerima Vaksin

 

Per 4 Juni 2021, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di Indonesia melaporkan bahwa sebanyak 17,3 juta orang sudah memeroleh vaksin dosis pertama. Dan, jumlah orang yang sudah menerima dosis penuh baru sebanyak 11.1 juta orang.

Sementara, realisasi vaksinasi gotong royong sampai 30 Mei 2021 adalah 49 ribu jiwa yang telah menerima vaksin dosis pertama menggunakan vaksin Sinopharm.

Mereka adalah pekerja dari 36 badan usaha atau badan hukum. Dan, hingga saat ini, telah terdistribusi 86 ribu dosis vaksin ke wilayah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, dan Maluku Utara untuk vaksinasi Gotong Royong. 

 
Infografis Perbandingan Vaksin Sinovac dengan AstraZeneca
Diterbitkan di Berita

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth Jakarta - China telah menyetujui izin penggunaan darurat vaksin Sinovac Biotech untuk usia 3-17 tahun. Indonesia masih menunggu rekomendasi pakar untuk menggunakannya pada anak-anak.

Izin penggunaan vaksin Sinovac untuk mencegah COVID-19 pada anak-anak diungkap oleh pimpinan Sinovac Biotech Yin Weidong dalam wawancara televisi. Kapan mulai diberikan, Yin menyebut tergantung strategi pemerintah China.

Yang pasti, anak-anak punya prioritas lebih rendah dibanding lansia berdasarkan tingkat kerentanan.

Hasil awal uji klinis fase 1 dan 2 menunjukkan vaksin Sinovac bisa memunculkan respons imun pada umur 3-17 tahun. Sebagian besar efek sampingnya adalah ringan.

Sementara itu, vaksin Sinopharm yang menggunakan teknologi serupa yakni inactivated virus telah mengirimkan data sebagai bagian dari pengajuan izin. Vaksin ini juga tengah menjalani uji klinis pada anak 3-17 tahun.

Sementara itu, vaksin Cansino juga sudah memasuki uji klinis fase 2 pada anak usia 6-19 tahun.

Indonesia bagaimana?

Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan tidak akan serta merta memberikan vaksin Corona pada anak.

Pihaknya masih menunggu rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), organisasi profesi, dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Ketua ITAGI Prof Dr Sri Rezeki, SpA(K) menyebut ada kemungkinan Indonesia bisa menggunakan vaksin Sinovac pada anak. Namun pihaknya masih menunggu data-data ilmiahnya untuk dikaji.

"Kita masih menunggu publikasi ilmiahnya," kata Prof Sri pada detikcom, Sabtu (5/6/2021).

(up/up)

Diterbitkan di Berita
Konten ini diproduksi oleh kumparan
 
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengungkapkan satu solusi yang mungkin bisa dilakukan agar jemaah asal Indonesia bisa lolos syarat haji sebagaimana ditetapkan Pemerintah Arab Saudi.
Honesti mengatakan, Pemerintah Saudi memberikan izin haji bagi jemaah yang telah mendapat vaksinasi dengan vaksin produksi Eropa dan Amerika Serikat (AS) yakni Pfizer, Moderna, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca.
 
"Indonesia sendiri baru memiliki satu jenis vaksin yang sesuai dengan kriteria Pemerintah Arab Saudi yaitu AstraZeneca," kata Honesti dikutip dari Antara, Rabu (26/5).
 
Vaksin Pfizer sendiri memang belum ada di Indonesia. Sementara Johnson & Johnson juga baru akan memasok ke Indonesia pada 2022.
Oleh karena itu, menurut Honesti, pihaknya menyiapkan opsi agar jemaah haji Indonesia bisa divaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca agar bisa memenuhi persyaratan Pemerintah Saudi.
 
"Menurut saya, karena kita sudah memiliki vaksin AstraZeneca, mungkin jadi opsi, bisa diatur bagi jemaah kita diskusikan dengan BPOM, Komnas KIPI--apakah mereka boleh diberikan vaksin AstraZeneca untuk bisa memenuhi persyaratan," jelasnya.
 Honesti mengatakan tentu hal tersebut harus mendapat pertimbangan tertentu dari para ahli. Namun, opsi tersebut bisa jadi pertimbangan untuk bisa dilakukan.
 
 
 
Sinovac Masih Ditolak Saudi, RI Buka Opsi Calon Jemaah Haji Divaksin AstraZeneca (1)
Dirut Biofarma Honesti Basyir Foto: Facebook/Honesti Basyir
 
Ia menuturkan saat ini Sinovac tengah dalam proses untuk mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use listing (EUL) dari WHO. Sementara Sinopharm, yang juga produksi China, telah mendapatkan EUL dari WHO baru-baru ini.
"Kami kemarin masih komunikasi dengan Sinovac. Memang ada satu data lagi yang diminta WHO, tapi mereka optimis minggu pertama atau kedua Juni, mereka akan mendapat EUL dari WHO. Tentu kita berharap ini bisa kita komunikasikan dengan Pemerintah Saudi," katanya.
 
Honesti juga berharap upaya diplomasi bisa terus dilakukan Pemerintah RI agar Saudi bisa mempertimbangkan untuk meloloskan Sinovac sebagai vaksin yang diperbolehkan. Syarat tersebut jadi kendala besar bagi Indonesia yang punya jumlah jemaah haji terbesar di dunia.
 
"Tentu kami berkeyakinan Pemerintah Arab Saudi bisa memberikan kebijakan sehingga vaksin-vaksin yang sudah diberikan di Indonesia mungkin bisa jadi bagian dari vaksin yang diterima oleh Pemerintah Arab Saudi. Memang perlu ada diplomasi antarnegara untuk bisa memasukkan vaksin yang ada di Indonesia ke Arab Saudi," pungkas Honesti.
Diterbitkan di Berita

Fathor Rasi  alinea.id Vaksinasi Sinovac lengkap dua dosis bisa menurunkan atau bisa mengurangi risiko terinfeksi Covid-19 sebanyak 94%.

Hal ini berdasarkan kajian cepat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tentang keefektifan vaksinasi Sinovac terhadap infeksi Covid-19.

Bahkan, pemberian vaksinasi lengkap dua dosis bisa mencegah risiko kematian sebesar 98% karena Covid-19.

“Hal itu menunjukkan bahwa vaksinasi lengkap itu sangat disarankan karena vaksinasi pemberian dosis pertama itu belum cukup melindungi.

Apabila masyarakat sudah menerima vaksinasi penuh atau lengkap itu akan jauh lebih efektif dalam menurunkan risiko Covid-19 baik perawatan maupun kematian,” ujar Ketua Tim Peneliti Efektivitas Vaksin Kemenkes, Pandji Dhewantara, belum lama ini.

Pandji melanjutkan, penurunkan risiko itu jauh lebih besar dibanding mereka yang baru menerima dosis pertama. "Di mana hanya efektif menurunkan sekitar 13% risiko Covid-19 bergejala," lanjutnya.

Mengutip laman resmi Kemenkes, kajian cepat itu dilakukan pada periode 13 Januari-18 Maret 2021 dengan fokus pada tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta. 

Kajian cepat ini melibatkan lebih dari 128 ribu orang dengan usia di atas 18 tahun dan rata-rata dari partisipan yang diikutkan 60% perempuan dengan rata-rata usia di kisaran 30 tahun.

“Kajian cepat ini dilakukan berdasarkan data-data sekunder. Jadi data-data yang kita olah itu merupakan data dari berbagai sumber yang ada di Kementerian Kesehatan,” lanjut Panji.

Kajian cepat Kemenkes tersebut menggunakan desain Kohort Retrospektif, yakni menelusuri riwayat setiap individu yang dilibatkan dalam penelitian ini, berfokus pada kelompok tenaga kesehatan baik yang belum divaksinasi maupun yang sudah di vaksinasi, baik dosis pertama maupun yang sudah vaksinasi lengkap sebanyak 2 dosis.

Diterbitkan di Berita

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah Indonesia kembali menerima 6 juta dosis bahan baku vaksin atau bulk vaksin Covid-19 dari Sinovac Biotech, Cina, Minggu (18/4/2021). Bulk vaksin tersebut datang di Bandara Soekarno-Hatta siang ini menggunakan pesawat Garuda.

"Hari ini kita kedatangan 6 juta bulk vaksin dari Sinovac Cina. Kita sudah terima totalnya 59,5 juta bulk vaksin Sinovac, itu akan diproduksi menjadi sekitar 47 juta dosis," kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin di Bandara Soekarno Hatta.

Dengan begitu, hingga hari ini Pemerintah Indonesia sudah menerima 59,5 juta dosis bulk vaksin dari total 140 juta dosis yang dipesan Indonesia ke Sinovac Biotech. Jutaan bulk vaksin tersebut nantinya akan dijadikan vaksin.

Hingga kini, Indonesia sudah memproduksi 22 juta dosis vaksin yang telah didistribusikan ke berbagai daerah. Dalam satu bulan ke depan, Indonesia akan kembali menerima sekitar 20 juta dosis vaksin. Sehingga besar harap, distribusi vaksin dari April hingga Mei mendatang dapat berjalan dengan lancar.

"Kita harapkan program vaksinasi bulan April dan Mei bisa berjalan dengan lancar dan baik," harapnya.

Kedatangan 6 juta vaksin hari ini merupakan kiriman tahap kedelapan. Sebelumnya, pada tahap ketujuh Maret lalu, sudah didatangkan sekitar 16 juta bulk vaksin Sinovac. Bulk vaksin yang baru datang ini kemudian akan dikirim ke Bio Farma, Bandung untuk diproduksi sebagai vaksin.

Dari 6 juta dosis bulk vaksin akan diproduksi menjadi 47 juta dosis. Sehingga selama bulan Ramadan ini, vaksinasi tetap berjalan. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI yang menetapkan bahwa vaksinasi tidak membatalkan puasa.

Diterbitkan di Berita
Halaman 1 dari 3