PALU, KOMPAS.TVAli Kalora, pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso bersama rekannya Jaka Ramadhan alias Ikrima tewas dalam kontak tembak dengan Satgas Madago Raya, Sabtu (18/9/2021) pukul 18.00 WITA.

Ada nama Rudy Sufahriadi, polisi berpangkat Irjen yang berada di balik tewasnya Ali Kalora lantaran Sang Jenderal adalah Komandan Satgas Madago Raya yang memimpin operasi perburuan kelompok teroris tersebut.

Belum genap sebulan Rudy Sufahriadi memimpin Satgas Madago Raya, atau tepatnya pada 25 Agustus 2021 seiring posisinya yang juga menjadi Kapolda Sulawesi Tengah.

Diketahui, operasi pengejaran Teroris Poso itu sudah berlangsung berlangsung beberapa tahun terakhir. Sandi operasinya sudah mengalami perubahan nama, mulai dari Operasi Camar Maleo, Operasi Tinombala hingga sekarang bernama Operasi Madago Raya.

Sejumlah jenderal Polri pun sudah bergantian memimpin operasi tersebut.

Siapa Jenderal Rudy Sufahriadi? 

Melansir TribunPalu, Minggu (19/9/2021), Rudy Sufahriadi mencetak sejarah dua kali jabat kapolda di Sulawesi Tengah. Dia sebelumnya meninggalkan Sulteng dengan pangkat bintang satu pada tahun 2018.

Lalu kembali menjabat Kapolda Sulteng di tahun 2021 menggantikan Kapolda Sulteng sebelumnya Irjen Pol Abdul Rahkaman Baso.

Sosoknya tinggi besar dan akrab disapa Rudy Gajah. Dia malang melintang di dunia pemberantasan terorisme. Dia pernah tergabung di Densus 88 Mabes Polri dan di BNPT.

Sulteng pun bukan daerah asing bagi Rudy Sufahriady. Dia sempat jadi Kapolres Poso pada 2005 dan sempat alami penembakan. Kemudian pada 2016-2018 dia jadi Kapolda Sulteng. Dan kini, 2021, dia kembali ke Polda Sulteng.

Ia sempat menjadi Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada 2007. Lalu, ia menjadi Kepala Densus 88 Anti-Teror Polda Metro Jaya pada 2007. 

Rudy kemudian diangkat menjadi Kapolres Metro Jakarta Utara pada 2009. Ia menjadi Perwira Menengah Densus 88 Anti-Teror Polri pada 2010.

Terlibat perburuan kelompok Santoso

Foto anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur ( MIT) pimpinan Ali Kalora. (Sumber: Tribunnews.com)

 

Pada 2016 sampai 2018, dirinya menduduki jabatan sebagai Kapolda Sulawesi Tengah. Bahkan, ikut perburuan kelompok Santoso, yaitu Operasi Tinombala.

Operasi Tinombala ini merupakan operasi gabungan yang terdiri dari sejumlah pasukan elite dari Polri dan TNI. Hingga akhirnya, kelompok Santoso yang sembunyi di hutan belantara kawasan pegunungan di Poso itu bisa dilumpuhkan.

Jejaknya dalam menindak kasus terorisme makin dikenal publik saat menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah. Ia memang sudah mengenal seluk beluk Poso sejak menjadi Kapolres Poso. Saat jadi Kapolres Poso, ia bahkan dikabarkan memang pernah jadi sasaran teroris.

Dia sempat menjadi sasaran tembak saat selesai salat subuh dari masjid. Untungnya ia sigap sehingga bisa lolos dari hantaman peluru yang ditembakkan. 

Kesuksesannya di bidang terorisme pun membawa Rudy Sufahriadi menduduki jabatan strategis sebagai Kepala Korps Brimob Polri pada 2018. 

Tahun berikutnya, ia pun diangkat menjadi asisten operasi Kapolri. Setelah itu Akpol Angkatan 1988 itu menjadi Kapolda Jabar pada 26 April 2019. Hingga akhirnya kembali menjadi Kapolda Sulawesi Tengah medio Agustus 2021 lalu.

Penulis : Gading Persada

Diterbitkan di Berita

TRIBUNNEWS.COM, POSO - Beredar foto sesosok mayat berambut panjang dengan tas ransel di punggungnya tergeletak di jalan. Informasi diperoleh TribunPalu.com (Tribun Network) pada Sabtu (18/9/2021), pria itu adalah Ali Kalora.

Dia dikenal sebagai panglima teroris Poso di Pegunungan Poso, Sulawesi Tengah. Dari foto yang diperoleh, terdapat sepucuk senjata laras panjang di samping mayat Ali Kalora.

Ali Kalora disebut tertembak bersama seorang teroris lainnya oleh Densus 88 di wilayah Kabupaten Parigi Motong, Sabtu siang. Ali Kalora adalah Teroris Poso yang memimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) sepeninggal Santoso.

MIT sering beraksi di daerah Poso, Sulawesi Tengah. Bertahun-tahun lamanya Ali Kalora diburu aparat karena kerap menyerang aparat di Poso. Aparat TNI-Polri tergabung dalam Satgas Madago Raya masih terus mengejar kelompok teroris tersebut.

 

Beredar foto sesosok mayat beramput panjang dengan tak ransel di punggungnya tergeletak di jalan. Informasi diperoleh TribunPalu.com, Sabtu (18/9/2021), pria itu adalah panglima Teroris Poso di Pegunungan Poso, Sulawesi Tengah, Ali Kalora.
Beredar foto sesosok mayat beramput panjang dengan tak ransel di punggungnya tergeletak di jalan. Informasi diperoleh TribunPalu.com, Sabtu (18/9/2021), pria itu adalah panglima Teroris Poso di Pegunungan Poso, Sulawesi Tengah, Ali Kalora. ()

 

Sepak Terjang Ali Kalora

Alikalora disebut-sebut pimpinan MIT menggantikan Santoso. Ali Kalora dan kelompoknya diduga bersembunyi di hutan belantara di sekitar Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Setelah Santoso tewas pada tanggal 18 Juli 2016, dirinya diduga menggantikan posisi Santoso sebagai pemimpin di kelompok MIT bersama dengan Basri.

Setelah Basri ditangkap oleh Satgas Tinombala, Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian pada 2016 menetapkan Ali Kalora sebagai target utama dari Operasi Tinombala.

Ali Kalora lahir di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso. Ia memiliki seorang istri yang bernama Tini Susanti Kaduka, alias Umi Farel. Nama "Kalora" pada namanya, diambil dari desa tempatnya dilahirkan, sehingga nama Ali Kalora seringkali digunakan di media massa.

Ali Kalora merupakan salah satu pengikut senior Santoso di kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Setelah kematian Daeng Koro—salah satu figur utama dalam kelompok MIT, Ali dipercayakan untuk memimpin sebagian kelompok teroris yang sebelumnya dipimpin oleh Daeng Koro.

Faktor kedekatannya dengan Santoso dan kemampuannya dalam mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin.

Peneliti di bidang terorisme intelijen dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, berpendapat bahwa Ali Kalora adalah sosok penunjuk arah dan jalan di pegunungan dan hutan Poso.

Ini karena Ali merupakan warga asli dari Desa Kalora, Poso, sehingga dirinya diyakini telah menguasai wilayah tempat tinggalnya.

Menurut Kapolda Sulawesi Tengah saat itu, Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi, Ali Kalora adalah sosok radikal senior di kalangan gerilyawan di Poso.

Ia menyebut bahwa Ali Kalora berpotensi menjadi "Santoso baru" karena latar belakang pengalamannya yang cukup senior.

Meski demikian, ia yakin kekuatan gerilya di bawah kepemimpinannya tidak akan sebegitu merepotkan dibandingkan Santoso.

Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian menilai bahwa Ali tidak memiliki kemampuan kepemimpinan yang sama dengan Santoso dan Basri, begitu pula dengan spesialisasi dan militansi.

Di sisi lain, Peneliti The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya, sempat membeberkan beberapa informasi tentang kelompok Ali Kalora

Menurut informasi, kelompok Ali Kalora hanya terdiri dari 10 orang, namun mereka memiliki militansi dan daya survival tinggi.

Mereka mampu bertahan hidup di hutan dengan berburu ditambah sokongan logistik dari para simpatisan yang bermukim di bawah pegunungan Poso.

Dikenal Kejam

Ali Kalora dikenal sadis. Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa saat masih menjabat Komandan Jenderal Kopassus  mengungkap sadisnya perbuatan yang dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Pimpinan Ali Kalora kepada masyarakat di Poso.

Ia mengungkap, kelompok Ali Kalora tak segan mengancam, menyandera, bahkan membunuh masyarakat di Poso. Menurut Cantiasa mereka akan melakukan hal tersebut kepada masyarakat biasanya untuk mendapatkan logistik dan makanan.

"Masyarakat ini diancam dan sebagainya kalau tidak menyerahkan makanan atau logistik itu ya dibunuh di sana. Dan tidak main-main, mereka membunuh itu dengan sadis. Semua modusnya itu dengan potong leher," kata Cantiasa dalam tayangan Podcast Puspen TNI di kanal Youtube resmi Puspen TNI yang diunggah pada Senin (17/8/2020) lalu.

Cantiasa pun mengungkapkan pembunuhan Agus Balumba, seorang petani di Desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, dilakukan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora pada Agustus 2020 lalu.

Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Syafril Nursal memastikan pelaku  pembunuhan terhadap Agus Balumba adalah kelompok bersenjata itu juga merampas sejumlah barang milik korban seperti jam tangan dan ponsel.

"Dari hasil kajian kita, dan barang bukti yang kita temukan, kejadian itu dilakukan oleh kelompok MIT. Dan perbuatan itu sangat keji, sadis dan kejam," kata Syafril di Mapolda Sulteng, Selasa (11/8/2020).

Syafril mengatakan, ada tujuh sampai 10 orang yang terlibat dalam pembunuhan petani tersebut. Mereka adalah orang yang masuk dalam daftar pencarian orang oleh Satgas Operasi Tinombala.

Sumber: Tribunnews.com/Kompas.com.Tribun Palu 

Editor: Hasanudin Aco

Diterbitkan di Berita

Palu (ANTARA) - Kepolisian berhasil mengidentifikasi dua jasad terduga Daftar Pencarian Orang Mujahidin Indonesia Timur Poso yang tewas dalam kontak tembak baru-baru ini di  pegunungan Tokasa, Desa Tanah Lanto, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, adalah Qatar dan Rukli

Menurut Kapolda Sulteng Irjen Pol Abdul Rakhman Baso berdasarkan hasil identifikasi, keduanya adalah Rukli dan Qatar alias Farel.

"Olah DNA dari tiga daftar pencarian orang (DPO) yang terakhir, pertama Qatar, kedua Rukli, dan ketiga adalah Ambo," katanya, Rabu

Kapolda mengatakan salah satu DPO Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang tewas, yakni Qatar merupakan DPO yang memimpin aksi pembunuhan di dua Desa di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso.

"Hasil analisa intelijen itu Qatar yang melakukan pembunuhan di Lemban Tongoa dan Kalimago, kemudian seperti analisa kita mereka itu terbagi dari beberapa kelompok," katanya.

Sebelumnya pada bulan Juli 2021, selama sepekan terjadi dua kali kontak tembak antara satgas Madago Raya dengan DPO MIT Poso. Insiden Kontak tembak tersebut menewaskan tiga orang DPO MIT.

Insiden pertama terjadi pada Minggu (11/07), di Pegunungan Desa Tanah Lanto Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong yang menyebabkan dua DPO MIT Poso tewas.

Kemudian pada Sabtu (17/07) kontak tembak mengakibatkan satu DPO MIT Poso kembali tewas. Insiden terjadi di Desa Tolai Induk, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong. Tidak jauh dari lokasi kontak tembak yang pertama.

Dari dua lokasi tersebut, Satgas Madago Raya, mengamankan sejumlah barang bukti berupa senjata api jenis revolver, amunisi, bom lontong, kompas, bendera, dan sejumlah barang bukti lainnya yang diduga digunakan tiga DPO MIT Poso yang tewas tersebut.

Ketiga jenazah DPO MIT Poso ini dimakamkan di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Poboya, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Namun, dari tiga jenazah ini baru satu jenazah yang berhasil diidentifikasi kepolisian.

Data kepolisian, saat ini DPO MIT Poso yang masih terus dilakukan pengejaran oleh Tim Satgas Madago Raya berjumlah enam orang.

Pewarta: Rangga Musabar
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2021

Diterbitkan di Berita

VIVA – Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso turun langsung memimpin Satgas Madago Raya melakukan perburuan sisa teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, Sulawesi Tengah yang masih buron atau masuk daftar pencarian orang (DPO). 

Bersama beberapa pejabat satgas Madago Raya, dengan menunggangi motor trail, Kapolda Sulteng bertolak dari Poskotis Tokorondo Poso menuju wilayah Poso Pesisir Selatan, wilayah Lore bersaudara dan Kabupaten Sigi, pada Rabu, 21 Juli 2021.

Setidaknya ada delapan pos sekat, poskotis dan pos pengamanan daerah rawan yang menjadi sasaran untuk dikunjungi rombongan Kapolda Sulteng,

"Kapolda Sulteng selaku penanggung jawab kebijakan operasi (PJKO) satgas Madago Raya tidak ingin berlama-lama menuntaskan pencarian sisa DPO teroris Poso," kata Wakil Kasatgas Humas Operasi Madago Raya, AKBP Bronto Budiyono pada Kamis, 22 Juli 2021.

Menurut AKBP Bronto, patroli skala besar kembali dikerahkan untuk mempersempit ruang gerak DPO teroris Poso dan mencegah para simpatisan yang ingin memberikan suplai logistik atau bahan makanan, paska dilumpuhkannya tiga DPO teroris Poso dalam sepekan terakhir.

Selain itu, pasukan yang berada di Pos perlu diberikan motivasi, suplai logistik dan bahan makanan agar lebih bersemangat dalam bertugas menuntaskan sisa DPO teroris yang belum berkeinginan untuk menyerahkan diri.

"Kekuatan logistik untuk pasukan yang berada di medan operasi perlu diperhatikan, karena itu adalah kunci keberhasilan dalam tugas operasi, tanpa logistik yang cukup mustahil operasi akan berhasil," ungkapnya

 

 

Hari pertama penyisiran dari wilayah Poso Pesisir, Poso Pesisir Selatan sampai dengan wilayah Lore Utara atau Napu Kapolda Sulteng menyempatkan untuk beristirahat dan bermalam di Poskotis IV Napu.

Kamis pagi, rombongan kembali akan menyisir wilayah Napu atau Kecamatan Lore Utara sampai dengan wilayah Kabupaten Sigi. 

Kapolda Sulteng, lanjut Bronto, meminta kepada sisa-sisa DPO teroris Poso untuk segera menyerahkan diri dengan baik-baik. Apalagi, keluarga juga sudah menunggu kepulangan para DPO teroris.

"Selanjutnya diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku dan kembali kepangkuan NKRI seeta masih ada kesempatan untuk bertobat, memperbaiki kesalahan dan berkumpul kembali dengan keluarga yang sudah lama merindukan kepulangan kalian," ujarnya.

Laporan: Firman

Diterbitkan di Berita
Audrey Santoso - detikNews Jakarta - Satgas Madago Raya kembali terlibat kontak tembak dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso di Kelurahan Tanah Lanto, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah (Sulteng). Kontak tembak terjadi sekitar pukul 11.30 WITa.

"Jadi tadi sekitar jam 11.30, Satgas Madago Raya kontak tembak lagi di Desa Tanah Lanto, Parimo," kata Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Didik Supranoto kepada detikcom, Sabtu (17/7/2021).

Didik menyebut satu teroris MIT Poso tertembak dan tewas. Saat ini Satgas Madago Raya masih mengevakuasi jasad teroris tersebut. "Terduga teroris DPO Poso meninggal dunia. Saat ini masih proses evakuasi," ucap Didik.

Didik menyampaikan Satgas Madago Raya juga menyita 1 pucuk senjata api jenis revolver, dua buah bom lontong dan sebilah golok dari teroris tersebut. Selain mengevakuasi jasad teroris tersebut, tim Satgas Madago Raya juga mengejar teroris MIT Poso lainnya yang melarikan diri pasca-kontak tembak.

"Barang buktinya ada satu pucuk revolver, dua bom lontong, satu bilah senjata tajam jenis golok dan baju loreng. Ini masih mengejar kawan-kawannya juga," jelas Didik.

2 Teroris MIT Poso Sebelumnya Juga Tewas Ditembak TNI

Sebelumnya diberitakan Koopsgabssus Tricakti menembak mati dua teroris MIT Poso di Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah (Sulteng), bernama Rukli dan Ahmad Panjang. Polri mengungkapkan kronologi penembakan terhadap dua teroris MIT yang membuat nyawa keduanya melayang.

Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan menyebut Rukli dan Ahmad Panjang ditembak pada Minggu (11/7) dini hari pukul 03.00 Wita.

Koopsgabssus Tricakti terlibat kontak tembak dengan sejumlah anggota teroris MIT Poso di Pegunungan Tokasa, Desa Tanah Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng.

Ramadhan mengungkapkan penembakan itu bermula dari aduan masyarakat yang kehilangan makanan. Ramadhan mengatakan tim melakukan penyisiran dan menemukan jejak berupa bekas makanan para DPO teroris MIT.

"Peristiwa tersebut diawali dengan adanya informasi bahwa seorang warga telah kehilangan sejumlah barang miliknya berupa bahan makanan. Kemudian atas informasi tersebut, tim melakukan penyisiran dan menemukan jejak bekas makanan DPO teroris Poso," tuturnya.

Lebih lanjut, kata Ramadhan, tim berhasil menemukan para DPO sekitar pukul 03.00 Wita. Saat itulah kontak tembak terjadi sehingga mengakibatkan Rukli dan Ahmad Panjang tewas.

(aud/idh)

 

Diterbitkan di Berita

Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya menembak mati dua orang teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora. Penembakan terjadi saat Satgas terlibat baku tembak, Minggu (11/7) dini hari.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulawesi Tengah Kombes Didik Supranoto mengatakan baku tembak terjadi sekitar pukul 03.00 WIB. Satgas berhasil meredam kelompok teroris dalam baku tembak tersebut.

"Dua meninggal dunia," kata Didik dalam keterangan tertulis, Minggu (11/7). Didik menduga sejumlah anggota MIT Ali Kalora lainnya juga tertembak dalam kejadian itu.

Namun, Satgas tak bisa memastikan karena para teroris itu melarikan diri. Dia mengatakan Satgas Madagor Raya sedang memburu para teroris yang berhasil kabur. Di saat yang sama, Satgas mengurus dua orang teroris yang tewas.

"Akan dievakuasi dan dibawa ke RS Bhayangkara Palu besok (12/7)," ucapnya. Satgas Madago Raya dibentuk sejak 1 Januari 2021 untuk mengejar terduga kelompok garis keras MIT.

Kelompok tersebut dipimpin oleh Ali Kalora usai Santoso alias Abu Wardah tewas tertembak Satgas Tinombala pada 18 Juli 2016. Baca juga: Gerebek Markas MIT, Satgas Madago Sita Emblem ISIS dan Sajam Awalnya, operasi Satgas Madago Raya hanya sampai 31 Maret.

Namun, operasi diperpanjang hingga 31 Juli. Operasi kembali diperpanjang hingga 30 September. Kepolisian mengakui MIT sulit ditumpas karena selalu berpindah-pindah.

MIT Ali Kalora sering terlihat di wilayah Lembantongoa, Sigi ke Salubanga, Parigi Moutong lalu ke Poso Pesisir Utara, Poso. (dhf/bmw)

Diterbitkan di Berita

KBRN, Jakarta: Satuan Tugas (Satgas) Operasi Madago Raya melakukan penggerebekan di beberapa lokasi yang merupakan persembunyian kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Qatar di wilayah Manggalapi dan Tagara, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Dalam penggerebekan tersebut, Satgas Madago menemukan sejumlah barang yang diduga milik kelompok MIT, seperti tas ransel, parang (sejenis golok), gergaji, obat-obatan, bahan makanan, bumbu dapur, hingga badge simbol ISIS berukuran kecil.

"Disitanya sejumlah barang-barang tersebut, dipastikan akan menyulitkan pelarian kelompok ini. Mereka akan kekurangan bahan makanan dan perlengkapan pendukung lainnya," terang Irjen Pol Abdul Rakhman Baso, Penanggung Jawab Komando Operasi Satgas Madago Raya, melalui keterangan tertulis seperti dilansir CNN Indonesia, Minggu (27/6/2021).

Saat ini, demi keamanan, Satgas telah membatasi masyarakat atau petani untuk menuju ke kebun mereka yang berada di wilayah dekat tempat persembunyian kelompok MIT tersebut.

Sementara itu, Komandan Korem 132 Tadulako, Brigjen TNI Farid Makruf menyampaikan, temuan barang-barang milik MIT untuk menunjukkan bahwa mereka masih memiliki dukungan atau simpati.

Atas dasar itu, Farid mengingatkan masyarakat setempat untuk berhenti menjadi pendukung kelompok bersenjata ini, dengan cara tidak lagi memasok informasi dan logistik apapun kepada kelompok tersebut.

Selanjutnya, Farid memastikan persenjataan kelompok MIT ini sudah tak lagi memadai, ditambah sembilan anggota kelompok Ali Kalora ini dalam keadaan kekurangan makanan dan lainnya.

"Bagi kami sebenarnya mudah melumpuhkan sembilan orang ini bila ditemukan. Kesulitannya adalah mereka dibantu informasi oleh masyarakat. Dibantu pula logistiknya oleh masyarakat yang merupakan simpatisan mereka. Pergerakan pasukan dan informasi lainnya mudah mereka ketahui dan bahan makanan mereka pun selalu dipasok oleh simpatisan," tutur Farid.

Karenanya, kata Farid, penting bagi masyarakat untuk menghentikan pasokan logistik dan informasi kepada kelompok MIT agar operasi ini selesai.

"Kalau mereka tidak didukung informasi dan logistik, mereka di atas akan kelaparan sehingga dengan mudah dilumpuhkan. Lalu dibawa untuk diadili demi mempertanggungjawabkan perbuatan mereka sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di negara kita," tandas Farid.

Diterbitkan di Berita

Tiga tim itu terdiri dari tim pengejar, tim sekat, dan tim kegiatan preventif untuk warga Poso agar tidak terganggu dari kegiatan DPO MIT Poso tersebut.

"Untuk masyarakat ada tim preventif agar masyarakat tidak terganggu dengan kegiatan para teroris ini," kata Kabid Humas Polda Sulteng Kombes Pol Didik Supranoto, Senin (31/5/2021) seperti dikutip dari Antara.

Hasil analisa pihak Kepolisian, sembilan orang DPO MIT Poso terbagi dari dua kelompok. Satu kelompok berjumlah empat orang dan satu kelompok lagi berjumlah lima orang.

"Karena kemarin ada lima orang, berdasarkan keterangan saksi itu dipimpin oleh DPO MIT Poso, Qatar. Bisa jadi sembilan orang ini terbagi dua, satu kelompok dipimpin Qatar dan satu kelompok lagi dipimpin Ali Kalora," jelasnya

Untuk kekuatan DPO MIT Poso ini, Didik Supranoto menyebutkan pihak kepolisian belum mempunyai data yang tepat.

"Berapa amunisinya dan senjata mereka nanti kita akan sampaikan saat tim satgas Madago Raya punya data yang tepat," sebutnya

Pasca pembunuhan empat korban di Desa Kalimago tersebut, pihak kepolisian mengimbau kepada warga untuk tetap tenang dan tetap melaksanakan kegiatan seperti biasanya.

Selain itu,warga juga diimbau untuk melaporkan kepada aparat kepolisian terdekat jika melihat keberadaan sembilan orang DPO MIT tersebut.

"TNI dan Polri yang tergabung di satgas Madago Raya telah melakukan kegiatan secara maksimal untuk titik yang dicurigai sebagai lintasan para Mujahidin Indonesia Timur di tempat tempat turun terhadap masyarakat," tambahnya. 

Diterbitkan di Berita

Liputan6.com, Jakarta Satgas Madago Raya masih melakukan pengejaran terhadap kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora yang menewaskan empat warga di Desa Kalimago, Poso, Sulawesi Tengah.

"Saat ini tim Satgas Madago Raya masih melakukan penyisiran dan pengejaran," tutur Kabid Humas Polda Sulteng Kombes Didik Supranoto saat dikonfirmasi, Rabu (12/5/2021).

Menurut Didik, identitas para korban berinsial MS, S, P, dan L. Jasad mereka ditemukan di areal perkebunan dengan jarak potong kompas 16 kilometer dan jarak tempuh dari Polsek terdekat estimasi 45 menit.

"Waktu kejadiannya Selasa, 11 Mei 2021 sekitar pukul 08.25 Wita," kata Didik

Luka di Leher

Para korban sendiri mengalami luka yang mirip dengan korban-korban MIT sebelum-sebelumnya, yakni luka di bagian leher.

"Salah satu saksi mengaku melihat seorang pelaku yang mirip dengan anggota MIT seperti yang termuat dalam DPO aparat," Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Pol. Didik Supranoto mengatakan, Selasa petang (11/5/2021).

Didik juga mengungkapkan berdasarkan keterangan warga yang selamat dari aksi kekerasan itu, pelaku berjumlah lima orang dan langsung kabur usai beraksi.

Diterbitkan di Berita