SURYA.CO.ID, SUMENEP - Aksi turun ke jalan untuk menolak pemaksaan vaksinasi kepada masyarakat, akan dilakukan ulama setempat, KH Jurjiz Muzammil dan jamaahnya, Jumat (22/10/2021) ini.

KH Jurjiz yang juga pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Sumenep itu, mengatakan bahwa aksi ini dilakukan karena vaksinasi Covid-19 meresahkan masyarakat ujung timur Madura itu.

Apalagi vaksinasi dilakukan secara paksa dan ada penyekatan oleh pihak kepolisian di setiap titik jalan yang dilintasi. Jamaah akbar KH Jurjiz Muzammil di setiap kecamatan dipastikan akan turun jalan dan mendatangi kantor Bupati Sumenep di Jalan Raya Dr Cipto Kota Sumenep.

"Masyarakat sudah siap, di setiap kecamatan ada perwakilan-perwakilan. Tidak tahu jumlahnya berapa. Kalau setiap Kecamatan satu mobil pikap," kata KH Jurjiz Muzammil, Kamis (21/10/2021). Pimpinan FPI Sumenep ini menyatakan, bahwa pada intinya hasil dari aksi ini tergantung Bupati Sumenep.

"Kalau bupati punya iktikad baik bagi masyarakat, cinta pada masyarakat, maka silakan bikin surat pernyataan seperti Bupati Pamekasan. Yakni tidak ada penyekatan dan pemaksaan vaksinasi Covid-19, hanya itu saja," tegasnya.

Kalau desakan itu dipenuhi, kata KH Jurjiz, pihaknya memastikan sudah selesai dan tidak akan terjadi unjuk rasa. "Kalau bupati tidak membuat surat itu, berarti bupati menginginkan unjuk rasa itu terjadi," tambahnya.

Saat dikonfirmasi soal rencana aksi FPI itu, Kasubbag Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti Sutioningtyas menjelaskan bahwa pihaknya masih menunggu rencana pengamanan (renpam). "Masih dibuat renpamnya," singkat Widiarti Sutioningtyas melalui pesan WhatsAppnya.

Sebelumnya rencana aksi para jamaah itu sudah diketahui dari dua rekaman video yang beredar di media sosial, Rabu (20/10/2021) lalu. Dalam video itu, KH Jurjiz Muzammil bersama para jamaahnya berjanji akan turun jalan melakukan aksi unjuk rasa ke kantor Bupati Sumenep.

"Kami umat Islam dari daerah Manding siap berangkat hari Kamis atau Jumat, tergantung keputusan," kata KH Jurjiz Muzammil dengan berpakaian jubah putih di depan para jamaahnya, dalam rekaman video itu.

Unjuk rasa besar-besaran umat Islam itu, katanya, mendesak orang nomor satu di lingkungan Pemkab Sumenep (bupati) untuk mengeluarkan surat pernyataan tidak akan memaksa warga soal vaksinasi Covid-19.

"Bukan tidak setuju dengan vaksin, kami setuju dan bahkan kami siap mendorong masyarakat yang tidak ada efek samping dan bagi yang mau. Syaratnya tidak ada pemaksaan, karena ini hak asasi manusia," kata KH Jurjiz Muzammil dalam video pertama di wilayah Kecamatan Ganding Sumenep.

Namun ia tidak setuju dengan adanya penyekatan di setiap jalan untuk memaksa warga disuntik vaksin Covid-19. "Karena itu meresahkan masyarakat dan bahkan para pedagang banyak yang ketakutan. Sehingga banyak yang rugi di pasar-pasar," tegasnya. **** 

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Deddy Humana

 

Diterbitkan di Berita

Elshinta.com - Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan cakupan vaksinasi COVID-19 Indonesia dengan dosis pertama hingga saat ini setara hampir tiga kali populasi Malaysia.

"Angka ini sama dengan hampir kita sudah memvaksinasi hampir seluruh populasi Vietnam bahkan kalau diibaratkan kita sudah memvaksinasi hampir tiga kali populasi Malaysia," kata Reisa dalam Siaran Pers PPKM virtual di Jakarta, Rabu.

Penerima vaksin dosis pertama di Indonesia hingga Rabu (29/9) mencapai 89.822.987 orang. Pencapaian tersebut merupakan kerja sama semua pihak untuk mempercepat cakupan vaksinasi di Tanah Air dan mewujudkan kekebalan kelompok di tengah masyarakat Indonesia.

"Tentu ini bukan capaian yang kecil bagi upaya gotong royong lebih dari 100.000 vaksinator, ratusan ribu relawan, mahasiswa aparatur sipil negara, dan anggota TNI dan Polri yang tak kenal lelah mengelola sentra vaksinasi di seluruh penjuru Indonesia," ujar Reisa.

Sementara, capaian vaksin COVID-19 dosis lengkap atau dua kali suntikan sudah mencapai 50.412.993 warga di Indonesia. Capaian itu sama dengan vaksinasi hampir seluruh populasi Singapura dengan 10 kali putaran.

"Kita lakukan semuanya dalam kurun waktu sembilan bulan dari pertengahan Januari tahun ini sampai dengan sekarang dan tentunya tidak akan berhenti sampai di sini," tutur Reisa.

Pemerintah Indonesia terus mengupayakan vaksinasi COVID-19 merata dan setara bagi masyarakat termasuk para lanjut usia (lansia), penyandang disabilitas dan anak-anak. Itu ditujukan untuk mewujudkan perlindungan yang merata bagi semua anak bangsa.

Di samping itu, Reisa menuturkan pemerintah Indonesia sudah mempersiapkan semua kemungkinan untuk menghadapi dan mewaspadai kemungkinan gelombang kejadian COVID-19 terutama di akhir tahun 2021.

Namun, apabila cakupan vaksinasi COVID-19 bisa diperluas jauh lebih cepat dari mutasi virus atau datangnya varian baru, dan protokol kesehatan masyarakat Indonesia jauh lebih kuat, maka momentum melemahnya virus dan turunnya status pandemi menjadi endemi akan dapat dihadapi dengan penuh kesiapsiagaan dan resiliensi yang tinggi dengan berbekal semangat gotong royong yang tetap kuat.

"Karena kita sudah pernah melalui semuanya dan kita bisa. Insya Allah kondisi baik ini akan dapat kita pertahankan tentunya dengan segala kewaspadaan untuk Indonesia," ujar Reisa.

Diterbitkan di Berita

Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia kembali menerima kedatangan empat tahap vaksin dengan total sebanyak 3,4 juta dosis vaksin jadi pada Kamis (23/9). Vaksin tahap 74, 75, 76, dan 77 ini didapatkan melalui skema pembelian langsung serta kerja sama antar negara.

Rincian keempat tahap vaksin yang tiba di Indonesia adalah sebagai berikut, yakni tahap 74, vaksin Pfizer yang didapatkan melalui pembelian langsung, sejumlah 310.050 dosis vaksin jadi. Kemudian tahap 75 adalah vaksin Pfizer donasi dari Pemerintah Amerika melalui mekanisme COVAX, sebanyak 871.650 dosis vaksin jadi.

Selanjutnya, tahap 76, yaitu 1.236.480 dosis vaksin jadi AstraZeneca, donasi dari Pemerintah Perancis dengan sistem COVAX Facility. Lalu tahap 77 berupa 986.310 dosis vaksin jadi Pfizer yang diterima Indonesia melalui pembelian langsung.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Usman Kansong menyatakan, dengan kedatangan empat tahap vaksin ini, maka secara total vaksin yang telah diterima pemerintah Indonesia sebanyak 271,639,790 dosis, baik dalam bentuk baku (bulk) maupun vaksin jadi.

"Dalam upaya menyediakan vaksin bagi rakyat Indonesia, pemerintah mengoptimalkan diplomasi antarnegara, dengan kerja sama yang bersifat bilateral dan multilateral. Kedatangan vaksin ini merupakan salah satu wujud keberhasilan upaya diplomasi pemerintah Indonesia, yang akan terus ditingkatkan dan dioptimalkan," tuturnya.

Kedatangan vaksin yang berkelanjutan ini, menurut Usman, menunjukkan pada masyarakat bahwa stok vaksin aman. Dengan ketersediaan vaksin tersebut, pemerintah mengejar target vaksinasi 70 persen masyarakat Indonesia pada akhir 2021 ini.

"Meski penularan sudah turun, program vaksinasi tidak boleh dikendorkan. Upaya mengendalikan pandemi dan membangun kekebalan komunitas harus terus kita percepat. Karena itu, pemerintah mengajak seluruh masyarakat untuk segera divaksinasi, tidak perlu pilih-pilih vaksin, karena semua vaksin aman dan berkhasiat," tegas Usman.

Terkait pemerataan vaksin tersebut, Usman menegaskan, pemerintah juga mendorong unsur-unsur di daerah, terutama yang capaian vaksinasinya masih rendah, untuk melakukan percepatan dan perluasan program vaksinasi.

Ia juga mengingatkan, seiring upaya percepatan vaksinasi, masyarakat harus tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan, terutama mengenakan masker, sebagai bagian dari adaptasi kebiasaan baru dalam hidup berdampingan dengan Covid-19.

"Pujian dari berbagai pihak menandakan langkah Indonesia sudah tepat dalam pengendalian COVID-19. Hal ini, perlu lebih ditingkatkan dan dioptimalkan, dengan dukungan dan peran serta seluruh elemen bangsa. Karena seperti diketahui, pandemi adalah bencana makro yang penanganannya tidak akan berhasil bila kita bekerja secara parsial," tutup Usman Kansong.

(osc) 

Diterbitkan di Berita

Jakarta, CNN Indonesia -- China telah merampungkan dua dosis vaksinasi Covid-19 terhadap lebih dari 1 miliar warganya atau 71 persen dari total penduduk pada Kamis (16/9). Pemerintah China sendiri memulai program vaksinasi Covid-19 nasional sejak awal 2021.

"Pada 16 September, 2.16 miliar dosis vaksin telah disuntikkan secara nasional," ujar Juru Bicara Komisi Kesehatan Nasional China, Mi Feng, dalam konferensi pers di Beijing seperti dikutip AFP.

Angka vaksinasi itu disebut nyaris tiga kali lipat lebih tinggi dari India, yang menempati peringkat kedua negara dengan jumlah vaksinasi Covid-19 terbanyak di dunia.

Agustus lalu, otoritas kesehatan China mengatakan sekitar 890 juta orang sudah divaksinasi, dan dua miliar dosis diberikan secara nasional. Sejauh ini, pemerintah belum mengumumkan secara resmi target cakupan vaksinasi China.

Namun ahli virologi terkemuka, Zhong Nanshan, mengatakan kemungkinan Beijing bisa merampungkan vaksinasi Covid-19 terhadap 80 persen penduduknya pada akhir tahun demi mencapai kekebalan herd immunity.

Menurut pejabat senior di Komisi Nasional Kesehatan China, Lei Zhenglong, lebih dari 200 juta orang berusia 60 tahun ke atas telah divaksin. Sementara itu, 95 juta anak 12-17 juga telah merampungkan vaksinasi.

"Jumlah total dosis dan jumlah orang yang tercakup oleh vaksinasi di negara kami menempati urutan tertinggi pertama di dunia," tutur Lei seperti dikutip New York Times.

China menjadi salah satu negara yang tengah berjuang memerangi varian Delta virus corona yang dianggap lebih mudah menular. Varian tersebut telah menyebabkan wabah Covid-19 baru dengan hampir 200 kasus di tiga kota dalam beberapa waktu terakhir.

Puluhan kasus corona baru itu diantaranya merupakan anak-anak sekolah ketika sistem belajar mengajar tatap muka mulai diberlakukan lagi.

Di saat tingkat vaksinasi China telah mencapai 1 milar penduduk, negara itu masih melaporkan 49 kasus infeksi lokal Covid-19 baru yang sebagian besar terdeteksi di wilayah Fujian. 

Pihak berwenang mengatakan pasien yang dicurigai memicu klaster di Kota Putian adalah seorang lelaki yang baru tiba dari Singapura.

Anak dari laki-laki itu, yang berusia 12 tahun, dan salah satu teman kelasnya menjadi pasien pertama di klaster itersebut. Varian Delta corona pun lantas menyebar di sekolah dan menginfeksi 36 anak-anak lainnya, termasuk 8 siswa TK.

Meski China sudah meluncurkan kampanye vaksinasi untuk anak-anak 12-17 tahun, sebagian besar anak di negara itu tetap belum divaksinasi. Hal ini memicu kekhawatiran wabah Fujian dapat menyerang kelompok rentan di China seperti anak-anak.

Demi menekan laju penyebaran virus, pemerintah kemudian menerapkan aturan pembatasan, seperti pembatasan perjalanan, pengujian massal, dan penutupan sekolah.

Padahal, sebelumnya, China mengklaim berhasil meredam penyebaran varian Delta Covid-19 dengan mencatat nol kasus selama Juli hingga Agustus.

(isa/rds)

Diterbitkan di Berita

Karanganyar, Gatra.com - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Karanganyar memastikan syarat menikah tak berubah. Hanya ada tambahan swab antigen bagi mempelai pria dan wanita. Tidak ada syarat calon mempelai harus sudah divaksin Civid-19. 

Kepala Kantor Kemenag Karanganyar, Wiharso, mengatakan, syarat tambahan rapid swab antigen berlaku selama pandemi Covid-19. Aturan itu untuk menekan penularan Covid-19 saat dilakukan akad nikah di KUA maupun di luarnya.

Wiharso menyanggah kewajiban vaksin Covid-19 dalam syarat menikah.  "Enggak ada [syarat vaksin Covid-19]. Jadi begini, syarat untuk menikah semasa PPKM ini, justru rapid tes antigen.

Misalnya diberlakukan, sudah terlanjur mau menikah, tetapi belum memperoleh vaksin, padahal vaksin itu susah didapat nanti enggak jadi nikah bagaimana. Vaksinasi kan belum merata." kata Wiharso kepada wartawan di Karanganyar, Selasa (14/9). 

Kewajiban swab antigen hanya bagi kedua mempelai. Namun apabila keluarga melakukan hal yang sama, maka tidak dilarang. Kemenag juga tidak menagih syarat swab antigen bagi saksi pernikahan.

Ia menekankan, selain syarat tersebut, penyelenggaraan pernikahan juga harus patuh prokes. Sementara itu, terkait vaksinasi, ia mendesak Dinas Kesehatan memberikannya kepada peserta didik sekolah madrasah. Kalangan tersebut belum sama sekali divaksin Covid-19. 

Saat vaksinasi di GOR RM Said, seorang warga bernama Bram berharap bukti sudah mengikuti vaksin dosis I dapat dipakainya mendaftar untuk menikah di KUA. "Dalam waktu dekat saya akan menikah. Untuk itu saya ikut vaksin," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Purwati, tak menyanggah bukti vaksinasi dibutuhkan instansi dalam berbagai keperluannya. Ia menyadari pengiriman logistik yang terkendala, menghambat percepatan vaksinasi. 

"Logistik saat ini cukup. Kita terus meminta dropping kontinyu," katanya. 

Reporter: Abdul Alim Muhamad Zamzami
Editor: Iwan Sutiawan

 
Diterbitkan di Berita

alinea.id Persentase vaksinasi di sejumlah daerah di Indonesia masih jauh dari memadai. Bahkan, capaian vaksinasi Covid-19 itu kurang dari 20%.

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dokter Zubairi Djoerban mengatakan, capaian vaksinasi tinggi hanya terjadi di DKI Jakarta dan Bali. Sisanya masih banyak di bawah 20%. 

Menurut Zubairi, saat sudah 42 juta orang yang mendapatkan vaksinasi Covid-19 hingga dosis kedua. Sayangnya, mereka yang mendapatkan vaksinasi komplet ini terkonsentrasi di wilayah tertentu.

"Yang lain kurang dari 20%. Harus segera dikejar agar penularan segera turun," ujar Zubairi dalam webinar Vaccinate Our World bertema "Vaksinasi COVID-19 untuk Kita Semua", Selasa (14/9).

Di luar yang sudah mendapatkan vaksin komplet, saat ini sudah 73 juta penduduk telah mendapatkan vaksinasi atau sekitar 35% dari target vaksinasi nasional sebanyak 208 juta orang. Pemerintah juga telah mengamankan 243 juta dosis beragam jenis vaksin Covid-19.

Untuk mencapai cakupan yang luas, vaksinasi masih perlu upaya dan kerja keras dengan percepatan dan perluasan vaksinasi, khususnya untuk kelompok umur lanjut usia (lansia) dan remaja. 

Zubairi menjelaskan, semula prioritas vaksin Covid-19 memang untuk DKI Jakarta dan Bali, wilayah episentrum wabah. Namun, saat ini vaksin telah disebarkan ke seluruh wilayah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan, Polri hingga TNI.

Menurut dia, sekarang ini hampir semua jenis vaksin Covid-19 telah ada di Indonesia. Setidaknya ada lebih sembilan jenis vaksin untuk percepatan penanganan pandemi. Semua institusi yang terlibat, kata Zubairi, diharapkan dapat mempercepat pemberian vaksin Covid-19 kepada masyarakat.

"Vaksin terbaik untuk kita ada di dekat kita, jangan pilih-pilih. Makin banyak memiliki komorbid, makin perlu secepatnya vaksinasi. Pengidap AIDS juga, autoimun juga harus cepat-cepat vaksinasi," kata dia.

 
 
Diterbitkan di Berita

KBRN, Padang: Capaian vaksinasi di Sumatera Barat (Sumbar) kembali menjadi sorotan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab capaian vaksin di Sumbar tergolong rendah.

Catatan Dinas Kesehatan Sumatera Barat per 7 September 2021, dari total sasaran vaksin di Sumbar sebanyak 4,4 juta orang, baru tercapai 17,56 persen untuk dosis 1 atau sekitar 777 ribu orang. Sedangkan dosis kedua baru mencapai 9,80 persen atau 433 ribu orang.

Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Arry Yuswandi mengungkapkan, pelaksanaan vaksinasi di provinsi dihadapkan pada beberapa kendala, salahsatunya yakni keenganan warga untuk divaksin.

“Jujur ya, kita sudah berupaya mendorong dan mendekatkan vaksin ke warga melalui gebyar vaksin. Namun setelah itu kurang bergairah lagi. Bahkan setelah itu minat warga untuk mendapat suntikan dosis dua menurun,” ucap Arry pada RRI di Padang, Jumat (10/9/2021).

Selain itu, kendala lain yang juga mempengaruhi capaian vaksin yakni ketersediaan vaksin yang pernah mengalami keterlambatan pasokan.

Arry mengungkapkan, vaksinasi yang telah mencapai target yakni untuk tenaga kesehatan. Dosis 1 mencapai 108,12 persen atau 35 ribu orang, sedangkan dosis 2 mencapai 99,48 persen atau 32 ribu orang.

Sementara untuk petugas publik, vaksin dosis 1 juga melebihi target, yakni 124 persen atau mencapai 525 ribu orang, namun di dosis 2 hanya 67,98 persen atau 286 ribu orang.

Vaksinasi yang jauh dari target yakni untuk sektor lansia. Pada dosis 1 hanya tercapai 6,72 persen atau 32 ribu orang. Kemudian dosis 2 hanya 3,91 persen atau 19 ribu orang. Capaian rendah juga terjadi pada target remaja, saat ini dosis 1 baru mencapai 4,35 persen atau 25 ribu orang. Lalu dosis 2 hanya mencapai 2,74 persen atau 16 ribu orang.  (imr) 

Diterbitkan di Berita

TEMPO.COJakarta - Pemerintah secara terus-menerus menggencarkan vaksinasi Covid-19. Stok vaksin terus didatangkan dari luar negeri. Meski stok yang ada, tidak sebanding dengan antusias masyarakat untuk memperoleh vaksin. 

Tapi tak sedikit pula yang masih tergabung dalam kaum antivaksin. Mereka menolak vaksin dengan berbagai alasan. Mulai dari alasan yang sifatnya agama, seperti vaksin tidak halal, hingga yang sifatnya terdengar sepele: masih divaksin kok masih kena Covid-19?    

Dilansir dari laman litbang.kemkes.go.id, masih banyak masyarakat yang meragukan efektifitas dan keampuhan vaksin COVID-19. Beberapa diantaranya bahkan menolak untuk diberi vaksin. 

Padahal, Kepala UPT Puskesmas Linggang Bigung, dr. Beny, sudah meyakinkan bahwa vaksin COVID-19 aman dan sudah teruji melalui penelitian.

“Jangan sampai masyarakat tidak mau vaksin hanya gara-gara mendengar berita yang tidak benar, jika mengalami keraguan tanyakan langsung ke petugas kesehatan yang lebih tahu tentang vaksinasi,” kata Beni seperti dikutip oleh Tempo dari laman kutaibaratkab.go.id, Selasa 29 Juni 2021.

Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Prof. dr. Moh. Hakimi, Sp.OG(K)., Ph.D, merespons fenomena ini dalam acara Raboan Online CBMH FK-KMK UGM yang membahas tema “COVID-19 Vaccine: Ethics and Infectious Disease”.

Dilansir dari laman ugm.ac.id, Hakimi memaparkan model health belief yang menjelaskan bahwa seseorang yang dilibatkan dalam kegiatan promosi kesehatan, dalam hal ini vaksinasi, dipengaruhi oleh persepsi keseriusan masalah yang dihadapi, persepsi kerentanan, persepsi manfaat dan hambatan, dan persepsi ancaman.

Selain itu, pertimbangan orang dalam melaksanakan vaksinasi juga dipengaruhi oleh modifying variable yang terdiri dari variabel demografi seperti kelas sosial, gender, usia, serta karakteristik psikologi seperti kepribadian dan peer group pressure.

Hakimi kemudian memberikan strategi yang menurutnya perlu dilakukan agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi COVID-19.

Menurutnya, perlu adanya pemberian penjelasan terkait keseriusan dari  COVID-19 dan dampaknya, serta manfaat yang didapatkan dari vaksinasi.

Hal ini penting dilakukan mengingat saat ini banyak beredar informasi palsu yang tidak disikapi secara hati-hati sehingga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat. Karena itu, informasi palsu yang beredar perlu segera dikonfirmasi kebenarannya.

Hakimi juga memaparkan tentang bioetika penyakit infeksi, dalam hal ini yaitu COVID-19, yang dalam perspektif penyakit menular seperti Corona pasien tidak hanya menjadi korban, tetapi juga dapat menularkan penyakit ke orang lain.

“Jadi, ada kewajiban moral pasien penderita penyakit infeksi terhadap orang lain,” katanya seperti dikutip oleh Tempo dari laman ugm.ac.id, Kamis 21 Januari 2021.

Sehingga, yang dibutuhkan dalam vaksinasi adalah menjembatani kesenjangan antara bioetika dan kesehatan masyarakat tradisional. Dalam tataran praktik, perlu adanya perhatian lebih banyak dalam aspek kerahasiaan dan privasi, informed consent, dan paternalisme.

NAUFAL RIDHWAN ALY

Diterbitkan di Berita

tagar.id Jakarta - Singapura jadi salah satu negara di Asia yang telah sukses memvaksinasi 80% populasi secara penuh. Sementara itu, Jepang masih berjuang dengan kampanye inokulasinya setelah beberapa suntikan vaksin Moderna tercemar.

Singapura telah sepenuhnya memvaksinasi 80% populasi. Keberhasilan ini menjadikannya negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, di tengah upaya negara-negara lain yang sedang berjuang mengendalikan penyebaran varian Delta.

"Kami telah melewati tonggak sejarah lain, di mana 80% dari populasi telah menerima dua dosis vaksin," kata Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, dalam sebuah postingan di media sosial. "Kesuksesan itu berarti Singapura telah selangkah lebih maju dalam menangani Covid-19," tambahnya.

"Ini adalah hasil dari upaya kolektif banyak orang yang bekerja di belakang layar dan orang-orang Singapura maju untuk menjaga diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka."

 

Budi Gunadi Sadikin

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Tagar/Dok Kemenkes)

 

1. Indonesia

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan Indonesia bisa menyalip Jerman dalam hal laju vaksinasi Covid-19. Caranya dengan mengebut penyuntikan hingga 2,3 juta orang per bulan.

"Per hari ini saya lihat sudah 97,8 juta sudah kita suntikan, mudah-mudahan bisa mengejar Jerman kalau angkanya juga naik terus," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers soal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Senin, 30 Agustus 2021.

Menkes mengatakan Presiden Joko Widodo meminta agar dilakukan percepatan vaksinasi hingga 100 juta dosis pada akhir bulan Agustus 2021. "Dan kalau bisa rata-ratanya ditingkatkan ke 2,3 juta," katanya.

olimpiade tokyo

Tokyo menjadi tuan rumah upacara pembukaan Paralimpiade (Foto: dw.com/id)

 

2. Jepang

Jepang menargetkan vaksinasi penuh warganya pada Oktober atau November mendatang, menurut Kepala Program Vaksinasi Nasional Taro Kono. Dia juga menjanjikan suntikan booster untuk pekerja medis dan orang tua pada awal tahun depan.

"Jepang menargetkan tingkat vaksinasi 80%," kata Kono di Fuji TV.

Target tersebut diyakini akan tetap dijalankan meski Jepang tengah berurusan dengan vaksin Moderna yang tercemar, yang dilaporkan telah mengorbankan dua warganya. Inokulasi di pusat vaksinasi skala besar di prefektur Okinawa pun dihentikan pada Minggu (29/08) setelah pencemaran ditemukan di beberapa suntikan.

 

Dr Anthony Fauci

Dr Anthony Fauci, pakar penyakit menular AS (Foto: voaindonesia.com/AP)

 

3. Amerika Serikat

Pakar penyakit menular terkemuka AS, Dr Anthony Fauci, mengatakan Amerika Serikat tetap berpegang pada implementasi vaksin booster Covid-19 kepada warganya, delapan bulan setelah menerima dosis kedua.

Fauci menyebut "tidak ada keraguan" dalam pikirannya bahwa orang perlu mendapatkan suntikan tambahan setelah mereka menerima vaksin Pfizer atau Moderna dua dosis, mengingat masifnya penyebaran varian Delta yang sangat menular.

"Hanya sekitar 50% atlet pria pada turnamen US Open yang telah divaksinasi," kata juru bicara ATP. Sementara bagi penonton yang ingin menyaksikan US Open, wajib memiliki setidaknya satu suntikan vaksin Covid-19 [ha/hp (Berbagai sumber)]/dw.com/id. []

Diterbitkan di Berita

sindonews.com JAKARTA - Gelaran vaksinasi Covid-19 jenis Moderna di Puskesmas Kramat Jati, Jakarta Timur, mendapat sambutan baik dari warga. Pasalnya, setelah penantian panjang akhirnya mereka yang memiliki komorbid dapat menerima vaksinasi Covid-19.

Riska salah satu peserta vaksinasi Covid-19 mengaku senang bisa mengikuti gelaran vaksinasi Covid-19 jenis Moderna yang berada Puskesmas Kramat Jati.

"Sebelumnya saya enggak bisa ikut vaksin Sinovac atau AstraZeneca karena punya penyakit autoimun. Alhamdulillah sekarang udah bisa ikut vaksin Moderna," ujarnya di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (22/8/2021).

Menurutnya, dengan adanya vaksin Moderna sangat membantu, khususnya bagi warga yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Karena baginya vaksinasi sangat penting guna mencegah penularan Covid-19.

"Saya nunggu udah lama biar busa divaksin, untungnya vaksin Moderna keluar juga. Iya buat saya ini untuk memperkuat imun supaya enggak kena Covid-19," katanya.

Ridho peserta vaksin Moderna Puskesmas Kramat Jati juga mengaku senang mengikuti kegiatan tersebut. Dia baru bisa mengikuti vaksinasi Covid-19 lantaran memiliki riwayat penyakit pasca operasi tiroid totalis.

"Saya habis operasi terus juga pernah kena Covid-19. Kalau yang kena itu kan harus nunggu tiga bulan," ucapnya.

(saz)

Diterbitkan di Berita