MURIANEWS, Kudus – Pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat salah satu siswa SD Muhammadiyah Birrul Walidain Kudus untuk mendulang prestasi gemilang. Jupiter Arshavino Raditya Mustofa  namanya.

Bocah berusia sebelas tahun yang akrab disapa Vino itu berhasil mengharumkan nama Indonesia setelah berhasil menyabet medali perak dengan dalam ajang kompetisi matematika bertaraf International yakni, World Mathematics Invitational 2021.

Ada beberapa kategori grade dalam kompetisi tersebut. Vino sendiri masuk dalam kategori grade lima. Kompetisi tersebut dihelat secara daring pada Sabtu (28/8/2021) dan diumumkan pada Senin (30/8/2021) lalu.

Siswa yang baru duduk di bangku kelas VI SD itu, mampu menunjukkan tajinya di bidang matematika dan berhasil bersaing dengan ratusan peserta dari 21 negara, seperti Brazil, Hongkong, Malaysia, Singapura, hingga Thailand.

Vino mengaku memang sangat menyukai matematika, dan sudah berulang kali menyabet juara dari berbagai perlombaan. Kendati demikian, prestasi yang berhasil didulangnya di kancah international ini perlu usaha ekstra.

Vino menunjukkan sertifikat medali perak di ajang World Mathematics Invitational 2021 (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman) Sebab, banyak soal cerita matematika yang diujikan saat kompetisi tersebut, dan bahasanya pun menggunakan bahasa Inggris.

“Itu ada 30 soal cerita, dan itu juga harus menerjemahkan dulu ke Indonesia, jadi ada juga yang sulit dipahami,” katanya, Rabu (1/9/2021). Awalnya, Vino sendiri tak menyangka bisa meraih medali perak di ajang International itu.

Sebab, kala itu, Vino tak menargetkan raihan, dan hanya fokus mengerjakan seluruh soal dengan maksimal. “Alhamdulillah senang dan bangga bisa dapat medali perak. Tapi memang sebelumnya sudah persiapan pelatihan dari luar, dan juga dilatih lagi dari ustazah dari sekolahan. T

api kalau H-1 itu saya buat istirahat biar saat lomba tidak kecapekan,” jelasnya. Diketahui, puluhan medali dan piala telah dikoleksinya dari berbagai ajang kompetisi matematika mulai tingkat daerah, provinsi, nasional, hingga internasional.

Sementara Kepala SD Muhammadiyah Birrul Walidain Kudus Jamaluddin Kamal menjelaskan, prestasi yang dicapai siswanya tersebut sangat membanggakan.

“Kebanggan bagi kami karena siswa kami sudah berhasil mengasah potensi yang dimiliki dan memiliki mental yang berani mampu bersaing di kompetisi internasional,” terangnya.

Saat kompetisi berlangsung, pihak sekolah memfasilitasi Vino dengan perangkat dan jaringan yang khusus dipersiapkan untuk kompetisi itu.

“Kami juga melakukan pembimbingan secara kontinyu, agar masa pandemi tidak menyurutkan semangat Vino untuk tetap berprestasi,” ungkapnya.

Ia pun berharap, prestasi gemilang yang berhasil diraih tersebut bisa menjadi pemantik semangat dan motivasi para siswa lain untuk turut berprestasi dengan potensi yang masing-masing dimiliki siswa.    

Reporter: Yuda Auliya Rahman Editor: Ali Muntoha

Diterbitkan di Berita
Fitraya Ramadhanny - detikInet Jakarta - Matematikawan Yunani, Pythagoras dikenal dunia karena rumus mengukur segitiga siku-siku. Namun arkeolog mengungkapkan rumus ini sudah ada 1.000 tahun sebelumnya.

Untuk semua orang yang belajar matematika pasti belajar rumus Pythagoras untuk mengukur sisi miring pada segitiga siku-siku yaitu c2 = a2 + b2. Pythagoras adalah ahli matematika Yunani yang hidup tahun 582 SM - 496 SM.

Namun, baru-baru ini para arkeolog berhasil membaca sebuah artefak tablet batu dari zaman Babilonia berusia 3.700 tahun. Tablet dengan huruf paku ini ternyata adalah tulisan rumus yang sama dengan Pythagoras.

Diberitakan Live Science seperti dilihat Rabu (11/8/2021), tablet ini diberi kode Si.427. Tablet batu ini sejarahnya ditemukan tim arkeolog Prancis tahun 1894 di Irak dan kini disimpan di Museum Arkeologi Istanbul Turki.

Lalu ada penelitian baru dari Universitas New South Wales Australia oleh tim yang dipimpin Daniel Mansfield. Mereka mengatakan rumus Pythagoras dan trigonometri sudah tertulis di dalam tablet batu dari zaman Babilonia itu.

"Bangsa Babilonia mengembangkan 'proto trigonometri' untuk menyelesaikan masalah mengukur tanah," kata Mansfield.

 

Artefak Rumus Pythagoras dari Zaman Babilonia
Artefak Rumus Pythagoras dari Zaman Babilonia Foto: (UNSW Sydney)

 

Tablet batu itu diduga adalah alat yang dipakai pengukur tanah di zaman Babilonia. Tablet ini berisi angka-angka yang merupakan triple Pythagoras yaitu 3-4-5, 8-15-17 dan 5-12-13.

Pada tahun 2017, Mansfield juga menemukan artefak batu yang dinamai Plimpton 322. Isinya juga angka-angka trigonometri. Dengan penemuan dua artefak ini, Mansfield yakin kalau bangsa Babilonia kuno sudah memakai teori Trigonometri untuk mengukur tanah.

"Pada masa itu, orang sudah mulai mengenal kepemilikan tanah. Sehingga sudah ada kebutuhan untuk mengukur tanah untuk dibagi-bagi dan menentukan batasnya," kata Mansfield.

Artinya ada jeda waktu 1.000 tahun lebih dari tablet batu tersebut sampai kelahiran Pythagoras di tahun 570 SM. Tentu ilmuwan tidak akan mengubah nama rumusnya, tetap dengan nama Rumus Pythagoras.

Namun ini menjadi tanda bahwa bangsa Yunani belajar matematika dari bangsa-bangsa sebelumnya yaitu Mesir dan Babilonia.

"Tidak ada yang menyangka bangsa Babilonia menggunakan rumus Pythagoras. Ini adalah matematika murni yang lahir dari kebutuhan untuk mengatasi masalah saat itu," pungkas Mansfield.

(fay/vmp)

Diterbitkan di Berita
Rahma Indina Harbani - detikEdu Jakarta - Indonesia siap untuk bersaing di olimpiade matematika dalam kancah internasional. Hal ini dinyatakan langsung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan merilis 11 nama mahasiswa terbaik yang tersebar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Olimpiade yang akan diikuti oleh tim Indonesia bernama International Mathematics Competition (IMC) 2021 dan negara Bulgaria yang akan menjadi tuan rumahnya. Namun, mengingat kondisi masih pandemi, olimpade ini diselenggarakan secara daring pada 2 Agustus hingga 7 Agustus 2021 besok.

"#SahabatDikbud, mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia tengah berkompetisi di ajang International Mathematics Competition (IMC) 2021 yang diselenggarakan pada tanggal 2 s.d. 7 Agustus 2021 di Bulgaria secara daring," tulis Kemendikbudristek melalui akun resmi Instagramnya, dikutip Jumat (6/8/2021).

Peserta yang akan diturunkan dalam olimpiade matematika adalah peraih medali dalam Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (KNMIPA) di bidang matematika. Berikut ini 11 nama yang dirilis Kemendikbudristek,

Daftar wakil Indonesia di olimpiade matematika IMC:

- Akeyla Pradia N: Intstitut Teknologi Bandung (ITB)

- Rizma Yudatama: Universitas Sebelas Maret (UNS)

- Nabil Mahatir: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

- Waffiw Maaroja: Universitas Gadjah Mada (UGM)

- M. Reza Ardhana: Institut Pertanian Bogor (IPB)

- Bramantya Arya D: Institut Pertanian Bogor (IPB)

- Andry Wijaya: Universitas Indonesia (UI)

- Kevin Tenata: Universitas Indonesia (UI)

- Syaifullah Hi Nurdin: Universitas Hasanudin (Unhas)

- Alvian Alif H: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

- Rofiud Darojad: Universitas Negeri Malang (UM).

Sebagai informasi, kompetisi internasional International Mathematics Competition (IMC) merupakan olimpiade matematika internasional yang selalu diadakan setiap tahun. Biasanya ajang olimpiade besar ini diadakan sekitar bulan Juli sampai dengan Agustus.

Wah, hebat ya Indonesia bisa menurunkan 11 mahasiswa untuk berlaga di olimpiade matematika berskala dunia. Yuk, kita beri semangat, detikers!
(rah/row)

Diterbitkan di Berita

Jakarta (Kemenag) --- Prestasi internasional kembali diukir siswa madrasah. Adalah Hayyan Ahmad Al-Ghifari, Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N) 4 Jakarta yang berhasil meraih juara ketiga dalam  Mathematics Without Borders. 

"Ini merupakan kompetisi matematika internasional yang diikuti sekitar 15ribu siswa dari 20 negara. Alhamdulillah, ananda Hayyan bisa meraih posisi ketiga dalam tahap penyisihan musim semi kali ini," ujar Kepala MTs N 4 Jakarta Retno Dewi Utami, di Jakarta, Senin (7/6/2021). 

Dewi menerangkan,  selanjutnya Hayyan akan mengikuti babak final yang rencananya akan dilaksanakan di Nessebar, Bulgaria, pada 6-8 Agustus mendatang. 

"Namun, karena saat ini masih pandemi, panitia menyebutkan bahwa final tersebut hanya dapat dihadiri secara langsung oleh peserta yang lolos dari Bulgaria," ungkap Dewi. 

"Untuk finalis asal Indonesia, kita masih menunggu pemberitahuan selanjutnya dari panitia," imbuhnya. 

Dewi mengaku sangat bangga dengan prestasi yang ditorehkan oleh Hayyan. "Ini bukti bahwa siswa madrasah mampu bersaing di tingkat global. Saya berharap ini dapat dicontoh oleh Siswa madrasah lainnya," kata Dewi.

Diterbitkan di Berita
Muhaimin sindonews.com MAHOBA - Pengantin pria India ini tidak pernah membayangkan bahwa gagal dalam tes matematika yang sederhana akan membuat rencana pernikahannya menjadi kacau. 
Kedua mempelai sudah berdandan. Pengantin pria melangkah ke aula pernikahan pada Sabtu malam dengan prosesi pernikahan lokal.
 
Namun, pengantin wanita—yang meragukan kualifikasi pendidikan calon suaminya—meminta pengantin pria untuk melafalkan dua tabel perkalian, sebelum karangan bunga dapat ditukar.
Sialnya, si pengantin pria gagal melafalkannya, dan pernikahan pun dibatalkan. Keluarga mempelai wanita mengajukan laporan ke polisi atas tuduhan pihak mempelai pria melakukan penipuan soal latar belakang pendidikan.

Petugas Kantor Polisi Panwari, Vinod Kumar, mengatakan itu adalah perjodohan dan pengantin pria berasal dari desa Dhawar, distrik Mahoba.
Anggota dua keluarga dan beberapa warga desa berkumpul di tempat pernikahan. Saat pernikahan akan dilangsungkan, mempelai wanita berjalan keluar dari kanopi sambil berkata bahwa dia tidak dapat menikahi seseorang yang tidak mengetahui dasar-dasar matematika.

Teman dan kerabat gagal meyakinkan pengantin wanita. Sepupu pengantin wanita mengatakan bahwa mereka terkejut mengetahui bahwa pengantin pria tidak berpendidikan.

"Keluarga mempelai pria tidak memberitahu kami tentang pendidikannya. Dia bahkan mungkin tidak bersekolah. Keluarga mempelai pria telah menipu kami.
Tapi saudara perempuan saya yang pemberani keluar tanpa takut tabu sosial," sepupu pengantin wanita yang tidak sebutkan namanya seperti dikutip dari IANS, Selasa (4/5/2021).
 
Polisi tidak memproses kasus setelah kedua belah pihak melakukan kompromi atas intervensi warga desa yang terkemuka. Kesepakatan tersebut mensyaratkan bahwa keluarga kedua mempelai mengembalikan hadiah dan perhiasan.
 
 
Diterbitkan di Berita